DECEMBER 9, 2022
Olahraga

Catatan Denny JA: Pembantaian di Final Liga Champions Eropa 2025 dan Filosofi Baru Sepak Bola

image
(OrbitIndonesia/kiriman)

Di Munich, bukan hanya Inter Milan yang tumbang. Yang runtuh adalah mitos lama: bahwa kejayaan hanya lahir dari uang besar dan nama besar.

-000-

Sejak peluit pertama, PSG menunjukkan mereka datang bukan hanya untuk menang, tapi untuk menggores sejarah.

Baca Juga: Catatan Denny JA: Berbakatkah Saya Menjadi Orang Kaya?

Menit ke-12, Achraf Hakimi membuka skor setelah umpan cemerlang dari Désiré Doué, pemain muda 19 tahun yang malam itu bermain dengan keberanian seorang maestro.

Delapan menit kemudian, Doué mencetak gol kedua PSG dengan sepakan keras yang mengenai Federico Dimarco dan mengecoh Yann Sommer.

Allianz Arena menggema oleh keterkejutan dan tepuk tangan.

Baca Juga: Catatan Denny JA: Tafsir yang Berbeda tentang Kurban Hewan di Era Animal Rights

Babak kedua menjadi panggung kejatuhan Inter Milan. Menit ke-63, Doué kembali mencetak gol, menerima umpan dari Vitinha, mengelabui bek terakhir, dan dengan satu sentuhan halus melewati Sommer.

Menit ke-73, Kvaratskhelia—si seniman dari Georgia—menari di dalam kotak penalti, menerima bola dari Dembélé, mengecoh dua bek, dan mencetak gol keempat PSG dari sudut sempit.

Dan akhirnya, menit ke-87, Mayulu menutup malam itu. Menerima bola dari Barcola, ia menggocek Alessandro Bastoni, berhadapan satu lawan satu dengan Sommer, dan dengan ketenangan seorang pujangga, melesakkan bola ke pojok gawang.

Baca Juga: Catatan Denny JA: Ketika Puisi, dan Apapun, tak Pernah Cukup, Lalu Mengapa Lahir Puisi Esai

5-0. Sebuah kemenangan yang tak hanya mutlak, tapi juga mendalam. Sejarah ditulis dengan tinta emas dan irama yang baru.

Halaman:

Berita Terkait