DECEMBER 9, 2022
Puisi

Puisi Esai Denny JA: Ketika Kita Diam Saja Melihat 1300 Anak-anak Dibunuh

image
(OrbitIndonesia/kiriman)

-000-

Ketika Mansour menangis,
langit PBB hening
seperti padang pasir
di malam yang kehilangan bintang.

Ia tak lagi berpidato.
Ia menghidupkan luka,
sebagai satu-satunya narasi,
tak bisa dibantah siapa pun.

Ketika ia berkata,
“Api dan kelaparan melahap anak-anak kami!”
meja-meja itu menjadi batu nisan,
yang tidak sempat diukir
untuk mereka yang mati terlalu dini.

Para diplomat menunduk,
bukan karena setuju.
Mereka  malu,
Betapa jauh hati mereka,
tertinggal dari realitas.

Sejarah akan menuliskan
dengan tinta darah:
“Di masa anak-anak dibunuh,
umat manusia memilih netral.”

-000-

Jika setelah 1300 anak-anak dibunuh
kita masih bisa tidur lelap,
masih bisa menyeruput kopi
dan menggulir berita lainnya,

maka mungkin,
yang mati bukan hanya mereka.

Tapi kita juga,
yang seolah hidup,
tapi hati kita sudah ikut mati.

Halaman:

Berita Terkait