DECEMBER 9, 2022
Humaniora

Menilik Keharmonisan Etnis dan Budaya antara Tionghoa dan Dayak di Kalimantan

image
Ilustrasi etnis Dayak (Foto: Unair)

Di pasar-pasar tradisional Pontianak, percakapan dalam tiga bahasa, yakni Dayak, Hakka, dan Melayu, sudah menjadi hal biasa. Banyak masyarakat Dayak dapat berbicara dalam logat Hakka, begitu pula sebaliknya. Hal ini menciptakan kosakata campuran yang memperkaya identitas setempat.

PROSES PANJANG MENENUN KEHARMONISAN

Sejarah membuktikan bahwa komunitas Tionghoa dan Dayak di Kalimantan terus menunjukkan bahwa keberagaman bukanlah penghalang, melainkan kekuatan untuk membangun masa depan bersama.

Baca Juga: Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia Dukung Kebijakan Pemerintah Wujudkan Ketahanan Pangan

Perpaduan budaya ini tidak hanya memperkaya identitas Kalimantan, tetapi juga menjadi simbol toleransi dan persatuan yang patut dijaga di tengah masyarakat Indonesia yang majemuk.

Kini, ada semakin banyak anak muda Dayak dan Tionghoa yang terlibat dalam proyek budaya bersama, mulai dari dokumentasi bahasa daerah, pertunjukan seni, hingga kampanye pelestarian hutan. Mereka tidak hanya menjaga identitas masing-masing, tetapi juga memperkuat semangat kebinekaan.

Perpaduan budaya Tionghoa dan Dayak di Kalimantan adalah bukti nyata bahwa keberagaman bukanlah ancaman, melainkan kekayaan yang memperkuat identitas suatu daerah. Kehidupan yang rukun, kolaboratif, dan saling menghargai antara kedua komunitas ini memperlihatkan bahwa perbedaan dapat melahirkan sinergi yang positif.

Baca Juga: Helena Lin Legi, Ketua Dewan Adat Dayak Penajam Paser Utara, Sambut Gembira Peringatan HUT ke-79 RI di IKN

Di tengah dunia yang kerap dilanda konflik identitas dan intoleransi, Kalimantan memberikan contoh bahwa integrasi budaya dapat berjalan dengan damai, tanpa menghilangkan ciri khas masing-masing.***

Halaman:
Sumber: Xinhua

Berita Terkait