DECEMBER 9, 2022
Humaniora

Denny JA: Perlu Dibentuk Pusat Studi Agama dan Spiritualitas Era Artificial Intelligence

image
Denny JA.

Kerja sama dengan kampus lainnya telah lebih dahulu dimulai lewat kesepahaman sebelumnya di kampus masing-masing.

Denny JA mengaitkan misi esoterika dengan refleksi mendalam atas ranking universitas global versi QS World University Ranking. Pada 2025, peringkat ini mencakup 1.500 universitas dari 105 negara.

Yang mencuri perhatian adalah National University of Singapore (NUS)—yang kini menempati 10 besar dunia. Namun pada 1950-an hingga 1960-an, NUS justru masih di bawah Universitas Indonesia (UI).

Baca Juga: Pengantar Buku Riset Internasional LSI Denny JA: Menentukan Kemajuan Negara Melalui Indeks Tata Kelola Pemerintahan

Sejarah mencatat bahwa NUS berawal tahun 1905 sebagai sekolah kedokteran kolonial, tak jauh dari UI yang bermula sebagai STOVIA pada 1902.

Apa yang membuat NUS melesat? Jawabannya adalah: inovasi, riset, dan keberanian masuk ke wilayah teknologi mutakhir seperti AI, digital governance, dan bioteknologi. Dukungan negara dan visi panjang Lee Kuan Yew menjadi kunci transformasi tersebut.

Denny JA menyatakan salah satu indikator yang dinilai tinggi dalam ranking global adalah kemampuan institusi menghasilkan kurikulum baru yang mencerminkan perkembangan zaman.

Baca Juga: Catatan Denny JA: SATUPENA Rayakan 23 Penulis Besar di 23 Provinsi

Dalam semangat itu, Esoterika Forum memperkenalkan kurikulum baru: Agama Sebagai Warisan Kultural Milik Bersama di Era AI.

“Ini sebuah inovasi yang merekam denyut zaman dan memenuhi indikator tersebut.”

Teknologi dan Teologi Pembebasan

Baca Juga: Catatan Denny JA: Agama di Era Artificial Intelligence, Antara Identitas Kelompok dan Etika Publik

Denny JA menyandingkan upaya ini dengan semangat Teologi Pembebasan dari Amerika Latin. Ini gerakan teologis abad ke-20 yang tidak hanya mengakar di ruang kuliah, tetapi juga mekar di tengah rakyat yang tertindas.

Halaman:

Berita Terkait