Pascatarif, Apakah Trump Versus Powell Akan Jadi Guncangan Global Berikutnya?
- Penulis : M. Ulil Albab
- Minggu, 20 April 2025 11:48 WIB

Sedangkan reaksi ekonomi global bila The Fed kehilangan independensi, maka kemungkinan akan membuat investor internasional mungkin mulai mengurangi eksposur terhadap aset AS, meningkatkan biaya utang AS, serta bisa saja membuat Negeri Paman Sam lebih terlihat seperti pasar di negara-negara berkembang dengan ketidakstabilan politik.
Bila situasinya menjadi ekstrem, maka Kongres berpotensi mereformasi struktur The Fed atau menulis ulang UU untuk melindungi independensi bank sentral. Namun dalam kasus terburuk, maka The Fed bisa sepenuhnya dipolitisasi dan akan menjadi bagian yang dikuasai sepenuhnya oleh Gedung Putih, yang dapat merupakan resep bencana ekonomi.
Kasus bank sentral
Mengapa independensi bank sentral sangat penting? Dua kasus yang kerap dikemukakan terkait bank sentral yang sangat dipengaruhi oleh pemerintah adalah Turki dan Argentina.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, yang memiliki keyakinan bahwa suku bunga tinggi menyebabkan inflasi, beberapa kali sejak 2019 mencopot gubernur bank sentral antara lain karena keengganan untuk memangkas suku bunga.
Hal itu membuat pasar melihat bank sentral tidak lagi memegang kendali yang independen, sehingga mengakibatkan lira anjlok, inflasi meningkat (mencapai puncaknya sekitar 85 persen pada 2022), sehingga membuat fenomena "pelarian modal" oleh investor serta menurunkan daya beli masyarakat negara tersebut.
Baca Juga: Hikmahanto Juwana: Indonesia Tidak Perlu Kirim Tim Negosiasi atas Kebijakan Tarif Trump
Sedangkan di Argentina, yang memiliki sejarah panjang kontrol politik atas bank sentral, terutama di bawah pemerintahan populis, membuat para pemimpin di negara Amerika Selatan itu kerap menekan bank sentral untuk membiayai defisit, mencetak uang, atau memperbaiki peso pada tingkat yang tidak realistis.
Dampaknya, peso telah didevaluasi berulang kali, dan inflasi terus meningkat, bahkan berulangkali hiperinflasi--seperti inflasi yang mencapai lebih dari 200 persen pada 2023. Selain itu, terjadi pula krisis mata uang, di mana ada nilai tukar resmi di satu sisi, serta nilai tukar pasar gelap di sisi lain.
Argentina juga beberapa kali mengalami default atau restrukturisasi utang yang menjadikan kasusnya sebagai pelajaran mengenai campur tangan politik di bank sentral dapat membuat tingkat kepercayaan anjlok, menyebabkan stagnasi ekonomi jangka panjang, serta menghancurkan kekuatan suatu mata uang.
Baca Juga: Siapa Menang Dalam Perang Tarif AS - China yang Kian Brutal
Pada dasarnya, bank sentral sangat penting untuk memiliki independensi dari intervensi kebijakan pemerintah, karena independensi itu merupakan prinsip yang penting guna menjaga stabilitas harga, kepercayaan investasi, dan kredibilitas moneter di suatu negara.