DECEMBER 9, 2022
Kolom

Pascatarif, Apakah Trump Versus Powell Akan Jadi Guncangan Global Berikutnya?

image
Ilustrasi - Karyawan melintas di dekat monitor pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/aww/pri. (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/aww/pri.)

Powell sendiri, yang merupakan anggota Dewan Gubernur The Fed sejak 2012, dinominasikan sebagai Ketua Fed oleh Trump pada 2017, serta kembali diperpanjang jabatannya sebagai Ketua Fed oleh Presiden Joe Biden pada 2022 silam untuk empat tahun berikutnya.

Tidak akan mundur

Associated Press (AP) melaporkan, Powell pada November lalu mengemukakan tidak akan mundur dari jabatannya bila diminta mundur oleh Trump.

Baca Juga: Pengamat Celios, Nailul Huda: Kebijakan Tarif AS Berpotensi Lemahkan Industri Teknologi Informasi di Indonesia

Kantor berita AP memberitakan bahwa kritik Trump berawal dari pandangan sang kepala negara yang meyakini bahwa AS "tidak mengalami inflasi".

The Fed telah menaikkan suku bunga secara tajam pada tahun 2022 dan 2023 untuk memperlambat peminjaman dan pengeluaran serta mengendalikan inflasi, yang terus menurun dari puncaknya sebesar 9,1 persen pada tahun 2022 menjadi 2,4 persen bulan lalu.

Selanjutnya, The Fed juga dilaporkan telah memangkas suku bunga tiga kali pada akhir 2024.

Baca Juga: Hikmahanto Juwana: Indonesia Tidak Perlu Kirim Tim Negosiasi atas Kebijakan Tarif Trump

Namun sejak itu, Powell pada Rabu (16/4) menekankan bahwa tingkat suku bunga akan dipertahankan akibat dampak tarif Trump yang berpotensi memperburuk inflasi, serta menyatakan pula bahwa The Fed independen dari politik.

Powell, sebagaimana dikutip AP, mengatakan bahwa pihaknya akan mendasarkan keputusannya hanya pada apa yang terbaik bagi semua orang Amerika, serta "Kami tidak akan pernah terpengaruh oleh tekanan politik apa pun."

Trump berkomentar bahwa Powell telah "bermain politik". Kegusaran Trump adalah karena pihaknya ingin suku bunga diturunkan agar warga AS bisa berada meminjam di tingkat suku bunga yang lebih rendah untuk membeli berbagai aset dan barang seperti properti perumahan dan mobil, terutama mengingat kondisi ekonomi domestik yang belum kunjung membaik.

Baca Juga: Siapa Menang Dalam Perang Tarif AS - China yang Kian Brutal

Namun, banyak pihak yang memahami kondisi perekonomian yang membela Powell. Dewan Redaksi Wall Street Journal (WSJ) dalam tajuk editorialnya menulis bahwa Powell pada telah mengatakan "kebenaran".

Halaman:

Berita Terkait