Mengenali Trumpisme, Paham Pemicu Transformasi Kolosal Lanskap Global
- Penulis : M. Ulil Albab
- Senin, 07 April 2025 08:35 WIB

Selain itu, lanjut Strikwerda, retorika Trump tentang perluasan wilayah, termasuk ancaman untuk mencaplok Greenland dan Kanada, tidak akan membuat AS lebih aman tetapi hanya akan memperburuk ketegangan internasional seperti pada tahun 1914 dan 1939.
Nasionalisme yang ditunjukkan Trump tersebut juga dinilai berpotensi memperdalam perpecahan berdasarkan ras dan kelas, serta dapat mendorong dunia ke arah konflik global yang belum pernah terjadi sebelumnya, papar Strikwerda.
Mengguncang fondasi multilateral
Baca Juga: Letjen TNI (Purn) Sjafrie Sjamsoeddin: Globalisasi dan Perang Asimetris
Sementara itu, artikel bertajuk "Trump's Old World Order" yang ditulis mantan PM Turki Ahmet Davotuglu di situs web Project Syndicate pada 4 April 2025 menyebutkan bahwa retorika Trump yang menghasut, perintah eksekutif yang dikeluarkannya yang sering kali tidak terkendali, serta pendekatan despotik terhadap perang di Gaza dan Ukraina telah mengguncang fondasi sistem multilateral, yang dibangun selama empat abad melalui perang dan penderitaan – yang dimulai sejak Perdamaian Westphalia.
Davotuglu juga menyebut bahwa tindakan dan pernyataan Trump selama dua bulan terakhir menunjukkan bahwa kita memasuki era ketidakpastian yang mendalam di mana krisis dapat meletus dan meningkat kapan saja.
"Satu prinsip tunggal kini tampaknya berlaku: yang kuat adalah yang benar. Bagaimanapun, inti hukum internasional terletak pada prinsip pacta sunt servanda: perjanjian harus dihormati. Namun, dalam beberapa pekan setelah kembali ke Gedung Putih, Trump telah melanggar, membatalkan, atau menarik diri dari berbagai perjanjian dan komitmen yang dibuat oleh pemerintahan AS sebelumnya, termasuk pemerintahannya sendiri," tulis Davotoglu.
Baca Juga: Kadin Indonesia Fokus Jalankan Empat Quick Win Meliputi Makan Bergizi Gratis Sampai PKG
Selain itu, masih menurut Davotoglu, tujuan kebijakan luar negeri Trump yang lebih luas tampaknya adalah untuk membongkar tatanan global yang didirikan 80 tahun lalu oleh generasi yang terluka oleh kengerian Perang Dunia II dan mengantar masuk era persaingan neo-kolonial.
Ancaman untuk mencaplok Greenland "dengan satu atau lain cara," mengambil kembali kendali atas Terusan Panama, dan menjadikan Kanada sebagai negara ke-51 – bersamaan dengan penggambarannya tentang warga Gaza sebagai sekadar hambatan bagi kesepakatan real estat – memberikan gambaran tajam tentang pandangan dunia neo-imperialis Trump.
Hal relatif serupa juga dipaparkan penulis dan dosen di Universitas California Davis, Sasha Abramsky juga menyebutkan hal yang serupa dalam artikelnya di The Nation yang berjudul "Trump's 2025 Foreign Policy Plan: Make Colonialism Great Again" yang tayang pada 3 Januari 2025.
Baca Juga: Mengkaji Opsi Tidak Dalam Hantaman "Nuklir" Tarif Trump
Bila benar bahwa berbagai langkah yang ditelurkan oleh Trumpisme akan mencetuskan kembali imperialisme dan kolonialisme, maka patut disimak bahwa Alinea I Pembukaan UUD 1945 berbunyi "Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan."