Mengenali Trumpisme, Paham Pemicu Transformasi Kolosal Lanskap Global
- Penulis : M. Ulil Albab
- Senin, 07 April 2025 08:35 WIB

ORBITINDONESIA.COM - Kebijakan tarif global oleh Presiden AS Donald Trump membuat Perdana Menteri Inggris Raya Keir Starmer menyatakan dalam artikelnya di Sunday Telegraph, Ahad, 6 April 2025, bahwa "dunia seperti yang kita tahu telah berubah".
Salah satu hal yang paling transformatif adalah kecenderungan gerakan untuk menjauh dari langkah globalisasi yang telah melaju kencang sejak paruh akhir abad ke-20, yang salah satu pendukung globalisasi pada awalnya adalah banyak berasal dari AS itu sendiri.
Bahkan, Sekretaris Utama Kementerian Keuangan Inggris (posisi kedua di Kemenkeu Inggris) Darren Jones juga mengakui bahwa "Globalisasi, seperti yang telah kita kenal selama beberapa dekade terakhir, telah berakhir."
Baca Juga: Letjen TNI (Purn) Sjafrie Sjamsoeddin: Globalisasi dan Perang Asimetris
Jones mengemukakan hal itu ketika ditanyakan dalam wawancara dengan jurnalis Laura Kuenssberg di BBC, Ahad, mengenai "apakah globalisasi yang telah kita kenal selama beberapa dekade kini telah berakhir - era di mana kita semua bisa mendapatkan mode cepat murah atau TV murah dan mobil murah karena globalisasi bekerja dengan cara itu - menurut Anda apakah itu sudah berakhir?"
Mau tidak mau atau setuju tidak setuju, berbagai langkah yang telah dilakukan Trump telah mengubah semua itu.
Bagaikan "banjir bandang", kebijakan yang dilakukan AS saat ini ditujukan untuk membalikkan berbagai langkah globalisasi yang telah memiliki fondasi kuat dari gerakan neoliberalisasi yang akarnya sebenarnya berasal dari negara-negara Barat.
Baca Juga: Kadin Indonesia Fokus Jalankan Empat Quick Win Meliputi Makan Bergizi Gratis Sampai PKG
Untuk itu, penting bagi berbagai pihak untuk benar-benar mengenali apa saja fondasi yang melandasi Trumpisme, atau sebuah kata rekaan yang berupaya untuk merangkum paham yang berasal dari beragam pemikiran Trump.
Sejumlah elemen yang kerap dipergunakan berbagai pihak dalam mendefinisikan Trumpisme yang utama adalah nasionalisme populis, atau retorika yang berupaya menampilkan "America First". Dengan demikian, Trump menjanjikan bahwa kebijakan yang akan dilakukan pemerintahannya adalah untuk memprioritaskan kepentingan bisnis dan para pekerja AS dalam urusan global.
Untuk itu, Trump berupaya menaruh berbagai beban kesalahan dalam perekonomian domestik AS bukan kepada faktor internal tetapi akan selalu ditujukan kepada faktor eksternal. Contohnya dapat dilihat, dalam pengumuman tarif global, Trump menyatakan hal itu karena selama ini AS telah dirugikan oleh berbagai negara sehingga AS perlu "dibebaskan".
Baca Juga: Mengkaji Opsi Tidak Dalam Hantaman "Nuklir" Tarif Trump
Retorika yang selalu menyalahkan "pihak asing" juga terindikasi dari berbagai kebijakan lainnya yaitu membekukan USAID (lembaga donor AS di tingkat internasional), hingga menarik diri dari beragam perjanjian internasional seperti Kesepakatan Iklim Paris serta Kemitraan Trans-Pasifik dengan anggapan semua hal itu merugikan AS.