DECEMBER 9, 2022
Kolom

Letjen TNI (Purn) Sjafrie Sjamsoeddin: Globalisasi dan Perang Asimetris

image
Letjen TNI (Purn) Sjafrie Sjamsoeddin (Foto: Antara)

ORBITINDONESIA.COM - Peperangan generasi keempat (fourth generation warfare), telah mengaburkan batas antara perang dan politik termasuk kombatan dan warga sipil.

Perang asimetris (asymmetric warfare) kini telah menjadi bagian integral dalam transformasi pertahanan di banyak negara sehingga mempengaruhi berbagai dimensi dalam kehidupan militer – mulai doktrin, organisasi, peralatan, pelatihan hingga penggunaan kekuatan.

Globalisasi tidak mungkin dibendung sehingga perlu direspon secara cerdas, kreatif dan kritis. Negara Republik Indonesia, dengan luas wilayah 1.922.570 Km2, 17.504 pulau, dan dihuni oleh lebih dari 300 etnik yang memiliki perbedaan agama dan adat istiadat – mengakibatkan Indonesia sangat rentan menghadapi munculnya bahaya Perang Asimetris.

Baca Juga: Josep Borrell: Iran atau pun Sekutunya Hizbullah di Lebanon Tak Siap Berperang

Apalagi kondisi politik dalam negeri Indonesia yang penuh tantangan konflik, belum tuntasnya pembongkaran jaringan terorisme, dan masih eksisnya separatisme di beberapa daerah, sangat memengaruhi situasi keamanan dalam negeri.

Tipologi Perang Asimetris, seperti telah diungkapkan sebelumnya, pihak militer tidak hanya berhadapan dengan aktor negara, melainkan juga aktor non-negara, seperti kelompok teroris, separatis, dan kelompok lainnya. Kelompok-kelompok ini memanfaatkan kemajuan teknologi dan globalisasi untuk melakukan aksinya tanpa batas wilayah.

Dalam perang asimetris, kita diserang oleh lawan dari berbagai bidang yang meliputi ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, dan militer baik dari luar (internasional) maupun dalam negeri (domestik).

Baca Juga: Andre Vincent Wenas: Iran vs Israel, Awal Pecahnya Perang Dunia Ketiga? 

Selain bentuk-bentuk ancaman yang sudah ada sebelumnya, seperti separatis, teroris, konflik komunal (SARA), kita juga akan menghadapi bentuk ancaman lain yang lebih halus dan sulit diidentifkasi, yang disebabkan oleh perbedaan politik, keresahan sosial, pengangguran, kelaparan, kemiskinan, kekecewaan, dan rasa ketidakadilan yang dieksploitasi oleh lawan.

Dalam menghadapi berbagai bentuk ancaman tersebut, baik yang bersifat aktual maupun potensial, pada prinsipnya diperlukan adanya antisipasi dini, inisiatif dan respon yang proporsional, serta kemampuan lebih/khusus dalam penguasaan metode perang asimetris yang mungkin digunakan oleh pihak lawan, baik menyangkut teknologi, informasi, psikologi, dan lainnya.

Untuk dapat berhasil mengatasi ancaman-ancaman tersebut, kolaborasi dan kerjasama, serta pola pikir perang non-konvensional (unconventional war) senantiasa harus dikedepankan. Hal ini diperlukan untuk meniadakan asymmetric enemy.

Baca Juga: Diskusi Satupena, Nasir Tamara: Perang Singkat Iran vs Israel Tunjukkan Gambaran tentang Cara Perang Masa Depan

Konsepsi Menghadapi Perang Asimetris

Halaman:
1
2
3
Sumber: Akun FB Hendrajit

Berita Terkait