Catatan Denny JA: Sejarah Surat Cinta bagi yang Telah Tiada
- Penulis : Krista Riyanto
- Minggu, 23 Maret 2025 12:55 WIB

Tahlilan hari ini, mungkin untuk ayah. Mungkin untuk ibu, suami, istri, kekasih, keluarga, sahabat, tokoh, murid. Tapi suatu hari nanti, tahlilan itu akan dibacakan untuk kita.
Dan semoga, saat itu tiba, suara mereka yang kita cintai masih menggetarkan langit.
Tak ada yang bisa menghapus kehilangan. Tapi kita bisa mengubah kehilangan menjadi cinta yang tak putus.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Agama yang Berdampingan dengan Positive Psychology dan Neuroscience
Tahlilan, piramida, Taj Mahal, misa arwah, mantra suci—semuanya adalah bentuk puisi manusia untuk menolak lupa.
Untuk terus mencintai.
Karena kematian bukan akhir,
tetapi awal dari cinta yang lebih sunyi,
lebih dalam, dan lebih kekal.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Menurunnya Peran Ulama, Pendeta, dan Biksu di Era Artificial Intelligence
"Doa adalah surat cinta yang kita kirimkan kepada mereka yang telah tiada, berharap angin malam menyampaikannya dengan lembut ke alam keabadian."***
Jakarta, 23 Maret 2025
(Untuk kakanda Firdaus Ali, wafat 22 Maret 2025)
Baca Juga: Catatan Denny JA: Agama Sebagai Warisan Kultural Milik Kita Bersama
-000-