Damar Wahyu Wijayanti: Anak Lebih Hebat dari AI Karena Pahami Nilai Budi Pekerti
- Penulis : Satrio Arismunandar
- Minggu, 16 Maret 2025 08:22 WIB

ORBITINDONESIA.COM - Certified Positive Discipline Parent Educator, Damar Wahyu Wijayanti menyebut anak memiliki kemampuan yang jauh lebih hebat dari Artificial Intelligence (AI) karena lebih memahami nilai-nilai budi pekerti dalam menjalani kehidupan.
"Ini yang bisa membedakan antara anak-anak di masa depan dengan AI yang serba bisa, di antaranya kemampuannya selalu bertambah sesuai dengan apa yang kita ajarkan, itu adalah sesuatu yang manusia sekali, budi pekerti, empat, belas kasih, itu yang sulit untuk ditiru AI," kata Damar Wahyu Wijayanti dalam konferensi pers di Jakarta, Sabtu, 15 Maret 2025.
Co-Founder goodenoughparents.id itu mengatakan, kemampuan anak akan bertambah seiring dengan nilai-nilai kehidupan yang diajarkan oleh orang tuanya. Hal tersebut, kata Damar Wahyu Wijayanti, berbeda dengan AI yang kemampuannya berasal dari membaca, menjiplak data dan meniru manusia saja.
Baca Juga: Orasi Denny JA: Mengapa di Era Artificial Intelligence Semakin Banyak Sakit Mental?
Sikap yang dibentuk dengan nilai-nilai budi pekerti sejak kecil akan membuat anak tumbuh menjadi pribadi yang lebih empati, sedangkan AI tidak dapat merasakannya meski jauh lebih pintar.
Meski demikian, Damar menilai dalam perkembangannya baik anak maupun AI memiliki hal yang serupa, yakni menjadi sosok sesuai dengan apa yang pemiliknya ajarkan.
"Jadi sebenarnya terserah kita mau bagaimana untuk bisa mengajarkan anak menggunakan AI dengan bijak. Salah satu cara untuk mengajarkan anak menggunakan AI dengan bijak adalah dengan menanamkan budi pekerti," ucapnya.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Hak Asasi Manusia Sebagai Filter Tafsir Agama Era Artificial Intelligence
Damar juga mengatakan salah satu nilai budi pekerti yang dapat diajarkan adalah menggunakan AI dengan bijak. Misalnya, tidak melakukan plagiarisme dan tidak mudah menyerah dalam menuntaskan suatu tugas.
Ajaran tersebut dinilainya tidak akan membuat anak mudah menyerah, malas berpikir dan bergantung pada AI di masa depan.
"Jadi jangan sampai anak malas berpikir, nanti tanya AI saja, dibikinkan tugas sama AI saja. Budi pekerti itu mengajarkan salah satunya adalah tidak gampang menyerah, resiliensi, bertanggung jawab. Jadi sebenarnya AI ini, skill penggunaan AI perlu dikembangkan, tapi juga perlu skill pendamping, agar dia bisa menggunakan AI dengan lebih bijak," ujar dia.***