DECEMBER 9, 2022
Kolom

Catatan Denny JA: Perempuan Menjadi Nahkoda Kapalnya Sendiri, 89 Tahun NH Dini

image
(OrbitIndonesia/kiriman)

Penulis besar tak hanya mengajak kita masuk dalam sebuah peristiwa. Ia membawa kita menyelam lebih jauh ke dalam filosofi hidup dan pencarian makna yang lebih sejati.

Karena itu, selaku Ketua Umum Perkumpulan Penulis Indonesia STUPENA, saya menyambut baik inisiatif Ketua SATUPENA Jawa Tengah, Gunoto Sapari, bersama institusi lain di sana, untuk merayakan kelahiran NH Dini.

Penulis NH Dini lahir di Semarang, juga wafat karena kecelakaan di sana. Kota Semarang banyak pula muncul dalam karyanya. Hal yang sudah seharusnya, jika kota itu mengenang penulis yang tumbuh mekar dari kota itu.

Baca Juga: Teori Denny JA tentang Agama Menjembatani Era Klasik dan Revolusi Artificial Intelligence

NH Dini menulis Semarang dengan rindu, dan Semarang menjawabnya dengan kenangan. Ia lahir dari kota ini, menjadikannya latar, lalu kembali ke kota ini sebagai puisi yang tak akan pernah selesai.

Tiga Pelajaran dari NH Dini: Suara Perempuan yang Menolak Tenggelam

Pertama: Perempuan adalah Nakhoda Hidupnya Sendiri

Baca Juga: Catatan Denny JA: Mengapa Diperlukan Teori Baru Sosiologi Tentang Agama dan Spiritualitas di Era Artificial Intelligence?

NH Dini menulis tentang perempuan yang berani memilih jalannya sendiri.

Dalam Pada Sebuah Kapal, Sri bukan sekadar istri yang diam mengikuti arus. Ia gelisah, bertanya, menolak hidup yang hanya menjadi bayangan lelaki.

Dari NH Dini, kita belajar bahwa perempuan bukan sekadar penumpang dalam bahtera kehidupan. Ia adalah nakhoda yang mengendalikan arah, bahkan ketika laut bergelombang, bahkan ketika kapal terancam karam.

Baca Juga: Puisi Esai Denny JA: Aku, Bastille

Di dunia yang terus membangun tembok bagi perempuan, NH Dini menunjukkan bahwa tembok itu tidak abadi. Dengan keberanian, dengan kata-kata, tembok bisa runtuh.

Halaman:

Berita Terkait