DECEMBER 9, 2022
Humaniora

Antologi Puisi Esai Isti Nugroho Akan Diluncurkan pada 24 Februari di Rumah Maiyah, Yogyakarta

image
Isti Nugroho, penyair asal Yogyakarta (Foto: Istimewa)

ORBITINDONESIA.COM - Buku antologi puisi esai “Negara Dalam Gerimis Puisi” karya penyair asal Yogyakarta, Isti Nugroho akan diluncurkan Senin, 24 Februari 2025, pukul 19.30 WIB di Rumah Maiyah (Cak Nun), Jalan Wates Km 6, Kadipiro Yogyakarta.

Tampil sebagai pembicara, Simon Hate (penyair), Indra Tranggono (kurator puisi) dan Dr Arie Sujito (sosiolog). Acara ini hasil kerja sama Yayasan Budaya Guntur 49 Jakarta, Rumah Maiyah dan didukung Sanggar Anak Alam Yogyakarta.

Diskusi yang akan dipandu Toto Rahardjo ini juga akan diperkaya oleh penampilan para aktor senior Yogyakarta, Joko Kamto dan Eko Winardi. Mereka akan mementaskan puisi esai  “Doktrin Sinatra” karya Isti Nugroho secara teaterikal.

Baca Juga: Isti Nugroho: Facebook dan Istri Kita

Adapun aktor dan pantomimer Ende Riza akan menghadirkan puisi esai karya Isti Nugroho “Penumpang Gelap Reformasi” dalam bentuk monolog-pantomim. Musik digarap Bobiet Santosa.

“Buku puisi esai saya ini merekam perjalanan intelektual dan politik saya, sejak tahun 1980-an sampai tahun 2000-an, Juga merekam perkembangan dan pencarian diri saya, dari anak-anak sampai dewasa. Ada berbagai dinamika perkembangan jiwa, pencarian orientasi nilai dan penemuan diri baik sebagai orang yang menggeluti seni maupun sebagai aktivis demokrasi,” ujar Isti Nugroho.

Isti menambahkan sejak tahun 1980-an sudah tertarik dengan genre sastra terlibat, yakni sastra yang peduli dengan persoalan-persoalan sosial, terutama yang terkait dengan isu-isu ketidakadilan dan problem kemanusiaan.

Baca Juga: Isti Nugroho: Goenawan Mohamad dan Jamuan Ilmu

Karena itu, ketika genre puisi esai yang dirintis Denny JA hadir di ranah publik, Isti pun tertarik untuk menulis puisi esai.

“Format dan karakter puisi esai sangat cocok dengan visi kepenulisan saya, di mana unsur ide menjadi salah satu nilai penting, selain pola-pola ungkap yang puitis. Selain itu, sebagai media ekspresi, puisi esai juga lebih luas dalam mengakomodasi persoalan-persoalan sosial, budaya dan politik. Strukturnya lebih longgar daripada puisi suasana. Cuma, di dalam puisi esai penulis selalu ditantang untuk mencari berbagai referensi sehingga konten puisinya tidak mengada-ada. Di sini penyair harus menyerap banyak pengetahuan layaknya para intelektual bekerja,” tutur Isti yang kini aktif di INDEMO (Indonesian Democracy Monitoring) pimpinan Hariman Siregar.  

Sejak muda hingga kini Isti selalu konsisten memperjuangkan nilai-nilai keadilan dan demokrasi. Komitmen ini juga menjadi basis penciptaan puisi esai. 

Baca Juga: Isti Nugroho: Kebermaknaan Lukisan AI Karya Denny JA

“Seniman tak boleh diam melihat berbagai dekadensi nilai-nilai dan ketidakadilan. Puisi esai bisa dipakai sebagai cara untuk mengekspresikan sikap kritis atas realitas,” tandas Isti yang pernah dihukum selama delapan tahun karena tuduhan subversif, pada era Orde Baru (1988).

Buku puisi esai karya Isti memuat 50 puisi. Di samping mengandung pergolakan pemikiran atas ide-ide besar, puisi esai Isti juga berkonten perihal eksistensi manusia, cinta, kemanusiaan, keadilan, kesetaraan dan sikap kritis terhadap praktik kekuasaan yang berdampak pada masyarakat. Semua puisi esai ditulis dalam semangat keprihatinan sosial.

Repertoar teater

Baca Juga: Inspirasi Politik dari Mata Air Bung Karno dan Sjahrir: Pengantar dari Denny JA untuk Buku Puisi Esai Isti Nugroho

Isti juga mengatakan, puisi esai bisa ditafsir dan dihadirkan dalam bentuk teatrikal, bukan sekadar dibaca. Di sini teks puisi ditransformasikan secara kreatif ke dalam jagat pentas, di mana unsur-unsur seni pertunjukan hadir.

“Untuk itu kami akan menampilkan dua repertoar teater, satu berbentuk drama pendek  dan yang lain berbentuk monolog. Keduanya diiringi ilustrasi musik. Bagi kami ini merupakan cara untuk lebih mendekatkan puisi esai pada publik,” ujar Isti.

Acara ini terbuka untuk umum dan gratis.***

Halaman:

Berita Terkait