Orbit Indonesia
Isti Nugroho: Umur Politik Tidak Cukup
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Jumat, 30 Juni 2023 09:45 WIB
Batasan fisik, umur dan kepantasan kita di lapangan. Sudah usia tua, masih terjun langsung di politik praktis di lapangan. Berkoar-koar meneriakkan demokrasi dan kebebasan. Seperti seolah-olah tidak ada yang muda. Kalau pun ada, apa relasinya dengan kita. Jangan-jangan sudah terputus atau sudah tidak nyambung lagi.
Lebih celaka lagi, kalau di umur tua itu, kita tidak berpengetahuan, termasuk soal politik. Sehingga kalimat-kalimat kita tidak berisi. Kata-katanya banyak tapi tidak ada dagingnya, cuma duri. Tentu saja keadaan ini ada dalam komunitas kita.
Sudah lupa, banyak yang tidak kita ingat lagi. Bacaan yang dulu menjadi referensi begitu mau kita terangkan banyak yang lupa. Membuat sebal orang yang mendengarkan. Cerita jadi buruk. Walaupun kalau segi positifnya, kita tertarik untuk membaca sendiri.
Dalam proses demokrasi juga begitu. Kita menginginkan demokrasi substansial, tetapi kita tidak punya referensinya. Kalau pun ada pasti referensi yang gagal. Tidak berhasil dan tidak layak untuk dicontoh.
Demokrasi substansial pada pemilu tahun 1955 dalam sistem parlementer mengandung kerumitan dengan multi partai. Masyarakat kita tidak ingin kurumitan. Mau yang simpel pada waktu dulu karena masyarakat kita belum terdidik secara merata.
Kalau dengan demokrasi yang ada sekarang, demokrasi prosedural kita bisa melakukan pemilu yang berhasil membuat negara lain mengacungkan jempol, kenapa tidak kita lanjutkan saja.
Walaupun demokrasi prosedural itu belum menghasilkan seorang pemimpin kelas dunia. Dan belum mampu menghasilkan Kemakmuran apalagi keadilan.
Perdebatan antara demokrasi substansial dan prosedural itu, tidak ada habisnya, tidak akan berhenti. Kalau demokrasi prosedural ini tidak membawa manfaat. Kita akan terus berpikir sesuatu yang ideal yang sempurna. Yang sempurna itu kalau terus kita kejar, menghabiskan waktu kita yang membuat kita tidak bisa menikmati hidup.
Katakalah demokrasi kita tidak akan mampu menghasilkan pemimpin yang ideal. Tidak akan menghasilkan Kemakmuran dan keadilan. Tetapi kita terus berusaha agar demokrasi kita demokrasi yang menerima semua alternatif. Jangan menjadikan sistem demokrasi yang membenamkan ide-ide serta gagasan - gagasan.