Isti Nugroho: Facebook dan Istri Kita
- Penulis : Satrio Arismunandar
- Kamis, 08 Februari 2024 03:26 WIB
ORBITINDONESIA.COM - Dulu saya pernah punya istri. Istri saya tidak berteman dengan saya dalam Facebook.
Setiap saya nulis status di Facebook, dia tidak pernah peduli, karena memang tidak berteman.
Bagi saya Facebook adalah media ekspresi yang kongkrit. Di mana saya bisa berdialog intens dengan teman, walau pun hanya di facebook. Teman yang di luar negeri, teman beda agama dan teman beda pilihan politik.
Baca Juga: Isti Nugroho: Hidup yang Filosofis
Teman yang tinggal jauh dari kita, teman lain jenis yang nge-like kita, padahal tidak kenal secara fisik, bisa lebih mesra dari istri kita.
Teman yang tertarik dengan status kita, ingin lebih jauh berteman dengan kita. Padahal dia wanita muda, kita lelaki berumur. Tapi dia ingin lebih jauh mengenal kita dan lebih dalam mengerti kita.
Menulis status di Facebook tidak seperti penyair yang menulis surat kepada kekasihnya, surat yang dimasukkan dalam kaleng, lalu kalengnya di buang ke laut.
Baca Juga: Isti Nugroho: Politik Buto Terong
Berharap kaleng yang berisi surat untuk kekasihnya itu, ditendang ombak ke pantai. Dan ditemukan oleh kekasihnya (atau orang lain dan oleh orang yang menemukan surat itu diberikan pada orang yang dimaksud).
Menulis status di Facebook tidak seabstrak penyair di atas. Biasanya ada satu atau seratus yang nge-like dan beberapa kawan yang menanggapi.
Facebook jadi berarti, jadi bermakna. Tidak seperti teman saya yang menerbitkan antologi puisi tentang kopi, daun dan pohon, tidak dianggap orang.
Baca Juga: Isti Nugroho: Problem Calon dan Lembaga Selektorat
Ketika diluncurkan 50 orang datang, buku puisinya dibagikan kepada sesama penyair. Dari 50 orang yang datang yang membeli secara murni hanya dua orang.
Ada tamu yang datang diberi bukunya, menolak karena tidak suka baca puisi. Dia datang karena diajak tetangganya. Bukan karena berinisiatif datang menyaksikan peluncuran antologi puisi itu.
Walaupun istri kita tidak membaca status kita. Tapi banyak kawan kita membacanya. Bahkan bekas pacar kita pun sering nge-like dan berkomentar. Itulah kenapa kita terus menulis status. Apa peduli dengan istri kita yang tidak paham dan tidak suka membaca status kita di Facebook.
(Oleh: Isti Nugroho, aktivis) ***