DECEMBER 9, 2022
Puisi

Puisi Esai Denny JA: Tokoh Revolusioner yang Hidup Sendiri

image
Ilustrasi (Istimewa)

Tetapi kematian lebih cepat datang,
daripada cinta yang ia tunda.

-000-

Marco, sang sejarawan, menyusuri jejaknya.
Ia mencari dalam arsip, dalam surat yang tersisa:
adakah satu perempuan yang pernah Tan Malaka sebut dengan rindu?

Baca Juga: Puisi Esai Denny JA: Tirto Adhi Soerjo, Bara Api yang Kesepian

Perempuan yang hadir dalam hidupnya adalah puisi yang tak pernah selesai ditulis.
Semua hanya menjadi alinea pembuka.

Seperti Newton, yang memilih rumus di atas pelukan,
seperti Tesla, yang mencintai listrik lebih dari manusia,
seperti Kant, yang menikahi gagasan, bukan wanita.

Tan Malaka mungkin memilih hidup sendiri,
bukan karena ia tak bisa mencinta,
tetapi karena ia hanya mencintai ide yang lebih besar.

Baca Juga: Puisi Esai Denny JA: Tjokroaminoto di Usia Senja

Ia sungai yang tak membutuhkan laut,
mengalir sendiri,
menuju takdir yang bahkan sejarah pun ragu mencatatnya.

-000-

Tahun 1949, seorang tentara menembaknya.
Tapi tak ada istri yang menangis.
Tak ada anak yang kehilangan ayahnya.

Baca Juga: Puisi Esai Denny JA: Dua Matahari di Ufuk yang Berbeda, Tjokroaminoto dan Semaun

Tubuhnya hilang.
Tapi gagasannya cahaya bintang,
tetap bersinar, tetap ditemukan oleh mereka yang mencari.

Halaman:

Berita Terkait