DECEMBER 9, 2022
Puisi

Puisi Esai Denny JA: Tirto Adhi Soerjo, Bara Api yang Kesepian

image
Ilustrasi (Istimewa)

Puisi esai seri "Mereka Yang Mulai Teriak Merdeka" (3)

ORBITINDONESIA.COM - 1907, pena Tirto menorehkan tinta perlawanan, lahir Medan Prijaji,  media pertama pribumi. Jika takdir tak merenggutnya di usia muda, mungkin ia akan melampaui semua bapak bangsa?

-000-

Baca Juga: Puisi Esai Denny JA: Annie, Warga Non-Kristen juga Merayakan Natal

Di Bacan, Halmahera,  1913, pulau di ujung dunia,
Tirto menjalani masa pembuangan.

Koran Medan Prijaji  yang dilahirkannya itu hujan pertama di tanah kering.

“Setiap tetes tinta  di koranmu
menghidupkan akar perlawanan!,” ujar opsir penjajah.

Baca Juga: Puisi Esai Denny JA: Salman Berjumpa Tunawisma di London

Pena Tirto menjahit luka rakyat menjadi suara,
tapi bagi penguasa,
itu adalah petir mengancam tahta.”

Di bawah langit  Maluku Utara  yang sepi,
Ia sempat ragu:
“Sia-siakah perjuanganku?
Terhentikah aku di sini?

Mata Tirto memang masih menyimpan perlawanan,
marah atas penjajahan,
murka pada ketidak- adilan.

Baca Juga: Puisi Esai Denny JA: Sebagai Imigran, Ia Masih Luka

Tapi di balik itu semua,
ada ruang kosong,
tempat  Siti berdiri,
gadis ningrat,
yang selalu setia menemani,
dalam derita,
dalam sunyi,
yang khawatir akan kesehatannya.
Selalu.

Halaman:

Berita Terkait