Puisi Esai Denny JA: Tirto Adhi Soerjo, Bara Api yang Kesepian
- Selasa, 21 Januari 2025 08:37 WIB
Puisi esai seri "Mereka Yang Mulai Teriak Merdeka" (3)
ORBITINDONESIA.COM - 1907, pena Tirto menorehkan tinta perlawanan, lahir Medan Prijaji, media pertama pribumi. Jika takdir tak merenggutnya di usia muda, mungkin ia akan melampaui semua bapak bangsa?
-000-
Baca Juga: Puisi Esai Denny JA: Annie, Warga Non-Kristen juga Merayakan Natal
Di Bacan, Halmahera, 1913, pulau di ujung dunia,
Tirto menjalani masa pembuangan.
Koran Medan Prijaji yang dilahirkannya itu hujan pertama di tanah kering.
“Setiap tetes tinta di koranmu
menghidupkan akar perlawanan!,” ujar opsir penjajah.
Baca Juga: Puisi Esai Denny JA: Salman Berjumpa Tunawisma di London
Pena Tirto menjahit luka rakyat menjadi suara,
tapi bagi penguasa,
itu adalah petir mengancam tahta.”
Di bawah langit Maluku Utara yang sepi,
Ia sempat ragu:
“Sia-siakah perjuanganku?
Terhentikah aku di sini?
Mata Tirto memang masih menyimpan perlawanan,
marah atas penjajahan,
murka pada ketidak- adilan.
Baca Juga: Puisi Esai Denny JA: Sebagai Imigran, Ia Masih Luka
Tapi di balik itu semua,
ada ruang kosong,
tempat Siti berdiri,
gadis ningrat,
yang selalu setia menemani,
dalam derita,
dalam sunyi,
yang khawatir akan kesehatannya.
Selalu.