DECEMBER 9, 2022
Puisi

Puisi Esai Denny JA: Tirto Adhi Soerjo, Bara Api yang Kesepian

image
Ilustrasi (Istimewa)

Ia teringat percakapan terakhirnya dengan Tirto.

Saat itu Tirto minta Siti melantunkan Tembang Jawa, Macapat, 
dengan lirik kebijaksanaan hidup.

Siti melantunkannya,
kata bercampur air mata.

Baca Juga: Puisi Esai Denny JA: Annie, Warga Non-Kristen juga Merayakan Natal

Keterasingan dan kesulitan adalah badai yang sangat kuat,
menerpanya,
memintanya menyerah kalah.

Tapi api di dadanya tak kunjung padam.
Ketidakadilan memaksanya bertahan,
meski tubuhnya mulai retak.

Bukan mati benar yang Tirto takuti.
Tapi mati yang sia-sia.

Baca Juga: Puisi Esai Denny JA: Salman Berjumpa Tunawisma di London

Alam menjawab.
Di pusara Tirto,
bayangan penanya melesat ke langit,
menari di angin,
menuntun tangan-tangan muda di zaman kemudian,
menuliskan sejarah baru.

Ya, Tirto memang mati muda,
tapi tak sia-sia,
karena jejaknya terus memberi inspirasi.

Jakarta 21 Januari 2025 ***

Baca Juga: Puisi Esai Denny JA: Sebagai Imigran, Ia Masih Luka

(1) Puisi esai ini dramatisasi dari kisah hidup Tirto Adhi Soerjo

Halaman:

Berita Terkait