Puisi Esai Denny JA: Tjokroaminoto di Usia Senja
- Rabu, 22 Januari 2025 08:22 WIB
Puisi esai seri "Mereka Yang Mulai Teriak Merdeka" (4)
ORBITINDONESIA.COM - Surabaya, 1934. Rumah tua, bisu saksi gemuruh masa lalu, kini hanya sunyi bersemayam. Tjokroaminoto duduk sendiri, merenungi api yang pernah ia sulut, kini tinggal bara dalam ingatan.1
-000-
Baca Juga: Puisi Esai Denny JA: Ketika Anakku Kecanduan Internet
Malam merayap di Surabaya, menyelimuti rumah tua,
tempat dulu suara-suara muda menggelegar.
Kini, hanya hening yang menyapa,
bayang kenangan menari di dinding waktu.
Di sudut ruang,
Tjokroaminoto duduk,
sang Guru Bangsa,
api pertama di negeri terjajah,
menatap sunyi yang memeluk.
Baca Juga: Puisi Esai Denny JA: Ambillah Ginjal Ibu, Anakku
Rasa sepi kini sering mengujunginya.
Syarif, asistennya yang setia,
selalu menemani.
Lagi dan lagi, ia mendengar hal yang sama.
Tjokro bercerita soal
petani, buruh, kaum terpelajar,
suara-suara yang ia satukan dalam tekad.
Baca Juga: Puisi Esai Denny JA: Annie, Warga Non-Kristen juga Merayakan Natal
“Coba dengar, Syarif,”
ujar Tjokro,
dinding rumah tua kita masih menyimpan gema suara petani: