DECEMBER 9, 2022
Puisi

Puisi Esai Denny JA: Tokoh Revolusioner yang Hidup Sendiri

image
Ilustrasi (Istimewa)

“Apa artinya cinta dalam dunia yang timpang?”
tanyanya dalam malam yang berbau kertas dan tinta.

-000-

Pulang ke Indonesia,
ia, Tan Malaka, kembali sebagai ancaman.
Seorang lelaki dengan buku dan pikiran tajam,
lebih berbahaya dibandingkan senapan serdadu.

Baca Juga: Puisi Esai Denny JA: Tirto Adhi Soerjo, Bara Api yang Kesepian

Kolonialisme tak bisa menahan kata-katanya.
Tetapi mereka bisa menahan tubuhnya.

Ia diasingkan, dilempar ke negeri-negeri asing,
menjadi selembar daun yang diombang-ambing angin politik.

Dari Manila ke Shanghai,
dari Hong Kong ke Bangkok,
ia hidup tanpa alamat,
tanpa tangan yang merindukannya dalam tidur.

Baca Juga: Puisi Esai Denny JA: Tjokroaminoto di Usia Senja

-000-

Ketika akhirnya ia pulang,
negaranya sudah merdeka,
tetapi ia tetap asing di tanahnya sendiri.

Sjahrir memandangnya sebagai bayangan masa lalu.
Soekarno menganggapnya suara yang terlalu keras.

Baca Juga: Puisi Esai Denny JA: Dua Matahari di Ufuk yang Berbeda, Tjokroaminoto dan Semaun

Tan Malaka tidak mencari istri,
tidak mencari rumah,
ia hanya mencari Indonesia
yang adil dan sejahtera.

Halaman:

Berita Terkait