Puisi Esai Denny JA: Tokoh Revolusioner yang Hidup Sendiri
- Selasa, 04 Februari 2025 07:36 WIB
“Apa artinya cinta dalam dunia yang timpang?”
tanyanya dalam malam yang berbau kertas dan tinta.
-000-
Pulang ke Indonesia,
ia, Tan Malaka, kembali sebagai ancaman.
Seorang lelaki dengan buku dan pikiran tajam,
lebih berbahaya dibandingkan senapan serdadu.
Baca Juga: Puisi Esai Denny JA: Tirto Adhi Soerjo, Bara Api yang Kesepian
Kolonialisme tak bisa menahan kata-katanya.
Tetapi mereka bisa menahan tubuhnya.
Ia diasingkan, dilempar ke negeri-negeri asing,
menjadi selembar daun yang diombang-ambing angin politik.
Dari Manila ke Shanghai,
dari Hong Kong ke Bangkok,
ia hidup tanpa alamat,
tanpa tangan yang merindukannya dalam tidur.
Baca Juga: Puisi Esai Denny JA: Tjokroaminoto di Usia Senja
-000-
Ketika akhirnya ia pulang,
negaranya sudah merdeka,
tetapi ia tetap asing di tanahnya sendiri.
Sjahrir memandangnya sebagai bayangan masa lalu.
Soekarno menganggapnya suara yang terlalu keras.
Baca Juga: Puisi Esai Denny JA: Dua Matahari di Ufuk yang Berbeda, Tjokroaminoto dan Semaun
Tan Malaka tidak mencari istri,
tidak mencari rumah,
ia hanya mencari Indonesia
yang adil dan sejahtera.