Festival Puisi Esai Jakarta II dan Perjalanan 12 Tahun Menuju Pengakuan Meluas
- Penulis : Bramantyo
- Minggu, 22 Desember 2024 13:45 WIB
Kiprah puisi esai di negeri jiran Malaysia, kalau boleh dibilang begitu, bukanlah sesuatu yang artifisial atau direkayasa dari Jakarta. Namun komunitas sastra di Malaysia sendiri yang berinisiatif “mengadopsi” dan memopulerkan puisi esai di sana. Artinya, mereka memang merasakan manfaat dari genre puisi esai tersebut.
“Dari awalnya sebuah eksperimen, kini puisi esai telah menjadi medium yang diakui untuk mengekspresikan isu-isu mendalam dengan cara yang menginspirasi,” tutur Denny JA, sang penggagas puisi esai.
Di dalam negeri, sudah puluhan buku dan ratusan karya puisi esai diterbitkan. Puisi esai ditulis oleh para penulis sastrawan dari seluruh daerah di Indonesia. Artinya, sudah terbentuk komunitas dan “ekosistem” tersendiri menyangkut puisi esai yang tidak bisa dinafikan. Sementara, tren ini tampaknya akan terus berlanjut.
Baca Juga: Denny JA: AI Mempercepat Proses Kreatif Dalam Menulis Puisi Esai
Sebuah genre sastra dapat bertahan, berkembang, dan berlanjut melalui berbagai faktor. Pertama, relevansi dengan kondisi zaman. Dalam hal ini, puisi esai mampu mencerminkan atau merespons tantangan sosial, budaya, atau politik yang ada, sehingg kehadirannya tetap relevan.
Kedua, memiliki basis pembaca yang setia. Dalam kasus puisi esai, keberadaan komunitas yang kuat memastikan genre ini akan tetap hidup melalui dukungan, diskusi, dan penciptaan karya-karya baru.
Syukur-syukur, akan hadir juga karya-karya puisi esai yang ikonik. Kehadiran karya besar yang menjadi tonggak atau inspirasi bagi penulis lain akan memperkuat genre tersebut.
Baca Juga: Denny JA: Puisi Esai Sangat Potensial untuk Alih Wahana ke Teater, Film, dan Karya Seni Lain
Yang juga tak boleh dilupakan adalah “kolaborasi” dengan media baru. Puisi esai tidak cuma hadir dalam bentuk teks atau buku yang dibaca, tetapi ia diadaptasi ke dalam media seperti film atau teater. Ini akan membuka audiens baru dan membantu genre puisi esai tetap relevan.
Yang juga penting adalah dukungan institusi. Ketika puisi esai masuk ke dalam kurikulum pendidikan, penghargaan sastra, atau dukungan penerbit, maka genre inin akan terus mendapat perhatian. Kombinasi inovasi dan kontinuitas inilah yang menjaga umur panjang sebuah genre sastra, dalam hal ini puisi esai.
Memperingati 12 tahun kehadiran puisi esai di blantika sastra Indonesia, ada dua poin yang ingin saya angkat. Pertama, tentunya kita bersyukur bahwa puisi esai telah berperan penting dan memberi warna pada dunia sastra di tanah air, melalui karya-karya konkret yang relevan dengan semangat zamannya.
Baca Juga: Denny JA: Launching 37 Buku Puisi Esai Memberi Landasan Kukuh pada Angkatan Puisi Esai
Kedua, dengan penuh semangat kita bertekad untuk terus mengembangkan genre puisi esai ini. Sehingga berkah dan manfaat keberadaannya tak cuma dirasakan oleh kalangan terbatas di tanah air, tetapi juga meluas ke kawasan regional, bahkan global. Kenapa tidak?