DECEMBER 9, 2022
Humaniora

Denny JA: Puisi Esai Sudah masuk ASEAN, Mesir, Inggris, dan Lainnya

image
Sesi diskusi bertema “Puisi Esai Goes International” yang menghadirkan narasumber Datuk Jasni Matlani, Fatin Hamama R. Syam, dan Monica JR, dengan moderator Sastri Bakry. (Foto: Satrio)

ORBITINDONESIA.COM - Penggagas puisi esai, Denny JA mengatakan dia tidak menyangka puisi esai bisa menembus ASEAN. Bahkan sekarang puisi esai sudah tembus sampai ke Mesir  dan Inggris. Hal ini menunjukkan bahwa puisi esai bisa diterima di mana saja.

Hal itu diungkapkan Denny JA di sela-sela acara di Festival Puisi Esai Jakarta II, akhir pekan kemarin di PDS HB Jassin, Taman Ismail Marzuki, Menteng, Jakarta Pusat.

Puisi esai goes international dimulai dari  Kota Kinabalu, Sabah, Malaysia, tahun 2016, atau empat tahun setelah buku puisi esai Atas Nama Cinta terbit. Denny JA menyatakan bahwa puisi esai sudah diterima meluas di Sabah, Malaysia. Bahkan di Sabah sudah lebih dulu ada festival puisi esai, mendahului tempat asal puisi esai, Indonesia.

Baca Juga: Denny JA Foundation Berikan Penghargaan dan Hibah Pendanaan kepada Tiga Penulis

Setelah Sabah, puisi esai lalu masuk ke Brunei Darussalam, Singapura, dan Thailand Selatan dalam waktu yang berdekatan.

Datuk Jasni Matlani menyatakan, genre sastra puisi esai kini sudah diterima secara meluas dan “goes international” serta menjadi bagian dari “high culture” yang berada di tempatnya yang terhormat.

Hal itu diungkapkan Datuk Jasni Matlani, Presiden Komunitas Puisi Esai ASEAN, yang menjadi pembicara di Festival Puisi Esai Jakarta II. Sesi diskusi yang bertema “Puisi Esai Goes International” itu menghadirkan narasumber Datuk Jasni Matlani, Fatin Hamama R. Syam, dan Monica JR, dengan moderator Sastri Bakry.

Baca Juga: Membuka Festival Puisi Esai Jakarta ke-2, Denny JA: Penting Memadukan Isu Sosial dan Puisi

Datuk Jasni Matlani menyatakan, “Jika puisi esai yang high culture diadaptasi ke film, teater, dan sebagainya maka ia menjadi bagian dari pop culture, yang memanusiakan manusia.”

Datuk Jasni bercerita, dia sudah lama memikirkan bagaimana caranya agar produk sastra bisa kembali marak di masyarakat. Puisi esai, menurut  Datuk Jasni, lebih mudah  diterima  masyarakat karena isinya adalah persoalan yang dihadapi masyarakat sehari-hari dan memiliki unsur kemanusiaan yang kental.

Namun, Datuk menekankan bukan berarti puisi esai diterima dengan mulus di Sabah. Banyak pula orang yang menolak kehadiran puisi esai di Sabah. Tetapi penolakan warga terhadap puisi esai tidak sekeras di Indonesia. Di Sabah orang menolak puisi esai lebih karena mereka tidak bisa menerima bagaimana sebuah esai bisa dipadukan dengan puisi. Bagi mereka itu mustahil dilakukan. Kalau puisi, ya, puisi. Esai, ya, esai. Penolakan hanya sebatas itu saja.

Baca Juga: Selamat Datang, Angkatan Puisi Esai

Ia berbesar hati bahwa pada 2024 ini puisi esai telah menjadi wahana sastra Melayu Nusantara di tingkat ASEAN dan global,

Halaman:
1
2

Berita Terkait