DECEMBER 9, 2022
Humaniora

In Memoriam Paus Fransiskus: Membawa Agama yang Ekologis dan Penuh Kasih

image
(OrbitIndonesia/kiriman)

Oleh Denny JA

ORBITINDONESIA.COM - Pada musim dingin tahun 2013, sebuah perahu kayu yang rapuh karam di lepas pantai Lampedusa, Italia. Itu pulau kecil di perbatasan Afrika Utara dan Eropa.

Lebih dari 360 pengungsi dari Eritrea dan Somalia tenggelam dalam laut yang membeku. Mayat-mayat mereka ditemukan terapung, terbungkus selimut darurat aluminium, di antara puing-puing perahu dan doa yang tak sempat diselesaikan.

Beberapa hari kemudian, Paus Fransiskus datang ke Lampedusa. Tanpa prosesi megah. Tanpa singgasana emas.

Ia hanya membawa salib kayu yang terbuat dari serpihan kapal karam. Di atas altar darurat, ia merayakan misa bagi jiwa-jiwa yang tak sempat disambut dunia.

Dengan suara gemetar, ia berdoa:
“Kami telah kehilangan rasa menangis. Kami telah membiarkan budaya kematian menjangkiti nurani kami. Ya Tuhan, ampunilah kami.”

Di hadapan laut biru yang menjelma makam tanpa nama, Paus melempar karangan bunga. Air mata para ibu dan doa-doa yatim piatu menggema bersama desir angin.

Hari itu, Lampedusa menjadi tanah suci. Tempat duka dunia dijadikan altar cinta.

-000-

Wafatnya Paus Fransiskus pada awal 2025 bukan hanya meninggalkan duka bagi umat Katolik, melainkan bagi seluruh jiwa yang rindu akan agama yang lembut, membumi, dan penuh kasih.

Halaman:

Berita Terkait