DECEMBER 9, 2022
Kolom

Festival Puisi Esai Jakarta II dan Perjalanan 12 Tahun Menuju Pengakuan Meluas

image
Satrio Arismunandar (Foto: Koleksi pribadi)

Oleh Satrio Arismunandar*

ORBITINDONESIA.COM - Tanggal 13-14 Desember 2024 akan menjadi hari yang patut dicatat bagi dunia sastra Indonesia. Pada dua hari itu telah berlangsung Festival Puisi Esai Jakarta II di Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin, Taman Ismail Marzuki, Menteng, Jakarta Pusat.

Betapa tidak? Festival Puisi Esai II di Taman Ismail Marzuki itu menandai sebuah perjalanan, dari titik awal kelahiran puisi esai, berbagai polemik dan perdebatan yang menyertai kehadiran puisi esai sebagai sebuah genre baru, hingga akhirnya ke penerimaan yang makin meluas terhadap puisi esai.

Baca Juga: Denny JA: AI Mempercepat Proses Kreatif Dalam Menulis Puisi Esai

Semula kehadiran puisi esai sendiri sempat dipersoalkan oleh sebagian komunitas penulis atau sastrawan di dalam negeri. Namun puisi esai sebagai sebuah genre sastra pada akhirnya bukan hanya bermain di kancah tanah air, tetapi juga merambah ke negara-negara jiran, bahkan lebih jauh lagi.  

Genre puisi esai lahir pada tahun 2012. Genre ini digagas oleh Denny JA melalui buku Atas Nama Cinta, yang menyuarakan kritik sosial kemasyarakatan yang tajam. Khususnya, dalam isu-isu yang menyangkut diskriminasi, keragaman, dan hak-hak asasi manusia.

Maka, pada Desember 2024 ini, berarti sudah 12 tahun lebih puisi esai hadir dan memberi warna pada dunia sastra Indonesia. Ini perjalanan yang cukup panjang.

Baca Juga: Denny JA: Puisi Esai Sangat Potensial untuk Alih Wahana ke Teater, Film, dan Karya Seni Lain

Mengapa “stamina” puisi esai tidak goyah? Mengapa ia kuat bertahan? Hal ini, antara lain, karena dalam dirinya sendiri puisi esai mampu memadukan keindahan atau estetika sastra dengan pentingnya pencarian solusi atas problem-problem sosial. Harus diakui, problem-problem itu masih banyak terdapat dalam masyarakat kita.

Oleh karena itu, kehadiran puisi esai sangat relevan dengan konteks masyarakat Indonesia, walau tentu saja nilai-nilai kemanusiaan yang diangkat lewat puisi esai pada dasarnya adalah nilai-nilai universal.

Karena itulah, dapat dimengerti jika pengakuan terhadap puisi esai tak cuma berasal dari dalam negeri, tetapi juga luar negeri. Pada tahun 2020, misalnya, di dalam negeri puisi esai mendapat pengakuan resmi sebagai lema baru dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Hal ini patut dicatat.

Baca Juga: Denny JA: Launching 37 Buku Puisi Esai Memberi Landasan Kukuh pada Angkatan Puisi Esai

Tak cukup sampai di situ, genre puisi esai ini kemudian berkembang menjadi gerakan budaya dan komunitas, dengan diadakannya Festival Tahunan Puisi Esai ASEAN di Malaysia dan Festival Puisi Esai Jakarta.

Halaman:
1
2
3

Berita Terkait