Denny JA Foundation Berikan Penghargaan dan Hibah Pendanaan kepada Tiga Penulis
- Penulis : M. Ulil Albab
- Senin, 09 Desember 2024 07:06 WIB
Dedikasinya menunjukkan bahwa sejarah tidak hanya tentang masa lalu, tetapi juga tentang memahami akar yang membentuk masa kini dan merancang masa depan yang lebih berdaya.
Dengan karya mutakhirnya, "Abad Transisi: Bolaang Mongondow dalam Catatan Kolonial Abad XIX-XX" (2024), Murdiono Mokoginta (Dion) tidak hanya mencatat sejarah. Ia juga menghidupkannya dengan bahasa yang ringan, namun tetap berbobot.
Buku ini mengungkap dinamika sosial, budaya, religi, dan politik Bolaang Mongondow pada abad ke-19 dan 20. Ia menawarkan wawasan yang mendalam sekaligus relevan.
Baca Juga: Mengapa Penulis Pemenang Nobel, Ernest Hemingway Bunuh Diri? Banyak Dugaan Penyebabnya
Dion menjadikan buku ini dapat diakses oleh semua kalangan, dari akademisi hingga masyarakat umum, sebuah pencapaian yang jarang ditemui dalam literatur sejarah.
Penghargaan ini juga mengakui keberanian dan komitmen Dion untuk mendokumentasikan sejarah lokal. Di tengah arus globalisasi, fokus pada narasi lokal seperti yang Dion lakukan menjadi semakin penting.
Ia tidak hanya melestarikan warisan budaya, tetapi juga memperkuat identitas komunitasnya. Buku ini adalah kado istimewa untuk HUT Kabupaten Bolaang Mongondow, sekaligus warisan bagi generasi mendatang.
Sebagai akademisi muda, Dion menunjukkan dedikasi luar biasa untuk memastikan bahwa sejarah Bolaang Mongondow tidak hanya dikenal, tetapi juga dihargai.
Ia telah membangun fondasi yang kokoh bagi studi sejarah lokal, membuka ruang peradaban baru bagi komunitasnya, dan menunjukkan bahwa narasi lokal dapat memiliki dampak global.
Murdiono Mokoginta adalah bukti bahwa sejarah tidak hanya milik masa lalu, tetapi juga alat untuk memahami siapa kita hari ini.
Melalui "Abad Transisi", ia mengajak pembaca untuk melihat Bolaang Mongondow bukan hanya sebagai tempat di peta, tetapi sebagai bagian penting dari narasi sejarah Indonesia.