DECEMBER 9, 2022
Buku

Mengapa Penulis Pemenang Nobel, Ernest Hemingway Bunuh Diri? Banyak Dugaan Penyebabnya

image
Ernest Hemingway (Foto: Library of America)

ORBITINDONESIA.COM - Ernest Hemingway, penulis legendaris Amerika, bunuh diri pada tanggal 2 Juli 1961, dengan menembak dirinya di rumahnya di Ketchum, Idaho.

Ada beberapa faktor yang diyakini berkontribusi terhadap keputusan Ernest Hemingway, yang melibatkan kombinasi masalah kesehatan fisik, mental, dan emosional. Berikut adalah beberapa alasan yang paling mungkin:

Pertama, masalah kesehatan fisik. Hemingway mengalami berbagai cedera fisik sepanjang hidupnya, termasuk akibat kecelakaan pesawat, luka tembak, dan kejadian-kejadian traumatis lainnya. Cedera-cedera ini menyebabkan rasa sakit kronis yang berkepanjangan dan membatasi kemampuan fisiknya.

Baca Juga: Diskusi SATUPENA, Satrio Arismunandar: AI Memengaruhi Tetapi Tidak Mengancam Profesi Penulis Keseluruhan

Hemingway juga menderita depresi parah dan penyakit mental yang diperparah oleh trauma pasca-perang (PTSD), yang mungkin berasal dari pengalamannya sebagai koresponden perang dan terlibat dalam peristiwa traumatis seperti Perang Dunia I, Perang Saudara Spanyol, dan Perang Dunia II.

Hemingway dikenal sebagai peminum berat, dan konsumsi alkohol dalam jumlah besar dapat memperburuk kesehatan mental dan fisik seseorang. Alkoholisme dapat memperparah depresi, merusak hubungan pribadi, dan memperburuk kondisi kesehatan secara keseluruhan.

Ada riwayat bunuh diri dalam keluarga Hemingway. Ayahnya, Clarence Hemingway, juga bunuh diri pada tahun 1928, dan beberapa anggota keluarganya lainnya melakukan hal yang sama. Ini menunjukkan kemungkinan adanya faktor genetik atau keluarga dalam rentan terhadap depresi dan kecenderungan bunuh diri.

Baca Juga: Orasi Denny JA: Penulis di Era Artificial Intelligence dan 6 Data Statistik

Hemingway juga dilaporkan mengalami perubahan suasana hati yang ekstrim, dan beberapa sejarawan serta psikiater berspekulasi bahwa ia mungkin menderita gangguan bipolar. Kondisi ini ditandai dengan periode depresi berat dan episode mania, yang dapat memperburuk ketidakstabilan emosionalnya.

Di tahun-tahun terakhir hidupnya, Hemingway merasa bahwa kemampuan menulisnya menurun drastis. Menulis adalah inti identitasnya, dan kehilangan kemampuan ini berdampak buruk pada kesehatannya. Ia bahkan menjalani beberapa perawatan terapi kejut listrik (electroconvulsive therapy) untuk mencoba mengatasi depresinya, tetapi prosedur ini malah memengaruhi ingatannya, yang membuatnya semakin putus asa.

Hemingway dilaporkan merasa diawasi oleh pemerintah Amerika Serikat. Pada satu titik, ia yakin FBI mengawasi dirinya, yang akhirnya terungkap benar, karena keterlibatannya dengan Kuba dan hubungan dengan tokoh-tokoh yang dianggap berpotensi bahaya selama masa-masa ketegangan politik.

Baca Juga: Darianto Harsono, Konsul Jenderal RI Istanbul, Penulis dan Penyuka Puisi Terima Buku dari Penulis Indonesia

Sebagai seorang figur publik dan pemenang Nobel Sastra, Hemingway merasa terbebani oleh ekspektasi terhadap karyanya dan citra dirinya. Karya-karyanya yang terkenal, seperti *The Old Man and the Sea*, *For Whom the Bell Tolls*, dan *A Farewell to Arms*, membuatnya menjadi salah satu penulis paling terkemuka di dunia, tetapi juga menciptakan tekanan besar untuk terus menghasilkan karya berkualitas tinggi.

Semua faktor ini mungkin terakumulasi dalam kehidupan Hemingway dan memperburuk kondisinya, hingga akhirnya ia merasa tidak ada jalan keluar dari penderitaan fisik dan mental yang ia alami.***

Sumber: ChatGPT

Berita Terkait