Kayu Nyatoh dan Ulin, Pilar Utama Konstruksi dan Arsitektur Tradisional Bangka Selatan di Masa Lampau
- Penulis : M. Ulil Albab
- Senin, 09 Desember 2024 04:13 WIB
ORBITINDONESIA.COM - Di masa lampau, masyarakat di Bangka Selatan memiliki preferensi terhadap berbagai jenis kayu, yang dikenal kuat dan tahan lama untuk membangun rumah masyarakat yang mayoritas berbahan dasar kayu.
Beberapa jenis kayu yang populer antara lain kayu ulin, kayu nyatoh, kayu heruk, kayu margawan (merawan), kayu medang, dan kayu cempedak. Namun, di antara berbagai pilihan tersebut, kayu nyatoh merupakan jenis kayu yang paling banyak digunakan.
Kayu nyatoh memiliki reputasi sebagai material yang kokoh dan awet, terutama jika diperoleh dari pohon yang telah berumur tua. Dulunya keberadaan kayu ini relatif mudah dijumpai di hutan-hutan desa di Bangka Selatan.
Baca Juga: SMAN 1 Payung Bangka Selatan Luncurkan Tiga Buku Karya Pelajar dan Guru di Hari Ulang Tahun ke-21
Oleh karena itu, kayu nyatoh banyak dimanfaatkan untuk membangun dinding, tiang hingga seluruh kelengkapan dan ornamen rumah, terutama di wilayah Toboali, Lepar Pongok, Bencah, Pulau Besar, hingga Ranggung.
Sementara itu, kayu ulin yang dikenal lebih kuat dan tahan lama, sering digunakan sebagai material tiang rumah dan rangka atap (rabung). Namun, keberadaan kayu ini sudah semakin terbatas, meskipun dahulu kayu ini mudah ditemukan di kawasan Sungai Olin, dekat Pulau Besar.
Selain sebagai material rumah, kayu nyatoh dan kayu ulin juga banyak digunakan untuk pembuatan kapal besar dan perahu. Kayu nyatoh sering dimanfaatkan untuk bagian dinding kapal, sedangkan kayu ulin digunakan sebagai gading-gading kapal karena kekuatannya. Kedua jenis kayu ini dikenal sebagai kayu yang berkualitas tinggi dan bernilai ekonomis di Bangka Selatan, menurut keterangan pengrajin kapal di Toboali,
Baca Juga: Lembaga Adat Melayu Bangka Selatan Usulkan Rumah Tua Berusia 130 Tahun Jadi Rumah Adat
Di samping kayu nyatoh dan kayu ulin, terdapat pula kayu heruk yang juga dikenal kuat, namun jarang diolah oleh para pengrajin kayu karena serbuknya dapat menyebabkan rasa gatal yang signifikan.
Adapula kayu margawan (merawan), yang cukup kuat meskipun tidak sebaik kayu nyatoh dan kayu ulin. Kayu ini biasanya digunakan untuk membuat atap rumah kayu atau pintu dan jendela.
Selanjutnya, kayu medang yang diambil dari pohon medang yang sudah tua, sering dimanfaatkan untuk pembuatan pintu dan jendela. Akan tetapi, untuk kayu medang muda cenderung mudah pecah sehingga kurang disukai.
Terakhir, kayu cempedak, yang juga memiliki kekuatan yang baik, umumnya digunakan untuk pintu dan jendela. Meskipun demikian, popularitas kayu cempedak masih kalah dibandingkan dengan kayu nyatoh dan kayu ulin.