Catatan Denny JA: Lima Prinsip Hidup Bahagia dan Bermakna
- Penulis : Mila Karmila
- Selasa, 12 November 2024 08:32 WIB
Tulisan Seri Menghidupkan Sisi Spiritual Manusia (11)
ORBITINDONESIA.COM - Kebahagiaan bukan hadiah yang ditemukan di ujung perjalanan; ia terukir di jejak kaki kita, di setiap tapak yang kita tempuh dengan penuh kesadaran.
Kutipan ini mengingatkan kita bahwa kebahagiaan bukanlah sesuatu yang dicapai di titik akhir, melainkan setiap langkah yang kita lalui dalam perjalanan hidup.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Hukum Kedua Hidup Bermakna, Positivity
Dalam setiap jejak yang kita tinggalkan, kebahagiaan ada, terukir sebagai bagian dari kesadaran kita akan momen-momen berharga.
Kebahagiaan bukanlah hasil dari pencapaian yang jauh, melainkan dari makna yang kita beri pada pengalaman sehari-hari.
Di abad 21, formula untuk hidup bahagia dan bermakna tidak lagi hanya didasari spekulasi filsafat atau dogma keagamaan.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Jokowi dan Prabowo, Hubungan Unik dalam Politik Indonesia
Positive psychology dan neurosains menawarkan pendekatan baru yang berbasis riset empiris. Yang menarik, meski berbasis ilmiah, pendekatan ini tetap menghormati lebih dari 4.000 agama yang ada di dunia, mengakui bahwa spiritualitas adalah bagian dari pengalaman manusia.
Dalam pendekatan ini, formula kebahagiaan dirumuskan dalam 3P + 2S: Personal Relationship, Positivity, Passion, Small Winning, dan Spirituality.
Formula ini sudah saya rumuskan dalam buku saya sebelumnya: Bahagia Itu Mudah dan Ilmiah (2017), yang terbit tujuh tahun lalu. Itu formula setelah saya mendalami 30 tahun riset positive psychology dan neurosains.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Hukum Ketiga Hidup Bermakna, Passion
Tapi dalam buku ini, formula yang sama itu diberikan pendalaman yang berbeda.
P1: Personal Relationship
Hubungan personal yang hangat adalah sumber kebahagiaan yang mendasar.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Air Mata Jurnalis Perang, Inspirasi dari Film Lee
Harvard Study of Adult Development, yang berlangsung lebih dari 80 tahun, mengungkap bahwa ikatan sosial yang mendalam dan saling percaya meningkatkan kesejahteraan emosional dan kesehatan fisik.
Kita menemukan bahwa kebahagiaan terletak pada keintiman dalam hubungan personal, pada persahabatan, cinta keluarga, atau rasa kebersamaan dalam komunitas.
Hubungan yang bermakna adalah benih kebahagiaan yang tumbuh subur di dalam jiwa.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Hukum Keempat Hidup Bermakna, Small Winning
contoh: Nelson Mandela.
Setelah menghabiskan 27 tahun di penjara, Nelson Mandela keluar dengan pesan pengampunan dan rekonsiliasi, bukan kebencian.
Alih-alih membalas dendam, Mandela memilih untuk membangun hubungan yang kuat dan harmonis antara semua etnis di Afrika Selatan.
Hubungan personal yang hangat dan rasa pengertian yang mendalam di antara individu-individu berperan penting dalam mendorong bangsa yang terluka ini menuju perdamaian.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Hukum Kelima Hidup Bermakna, Spiritualitas dan Wellness
Ini menunjukkan bahwa hubungan personal yang hangat bukan hanya mendatangkan kebahagiaan pribadi tetapi juga memperkuat komunitas secara keseluruhan.
P2: Positivity
Pola pikir positif telah terbukti berdampak besar pada kesejahteraan mental dan fisik. Penelitian menunjukkan bahwa sikap optimis dapat mengurangi stres, memperpanjang umur, dan meningkatkan kesehatan secara keseluruhan.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Renungan Sumpah Pemuda, Warna Nasionalisme di Era Algoritma
Barbara Fredrickson, dalam teorinya tentang broaden and build, menjelaskan bahwa pikiran positif memperluas sudut pandang kita terhadap dunia dan membangun fondasi pengembangan diri yang kuat.
Positivity adalah cahaya yang menerangi langkah kita, menuntun kita untuk melampaui tantangan dengan pandangan yang lebih luas.
Contoh: Nick Vujicic dan Sikap Positif dalam Menghadapi Hidup.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Menambah Elemen Penghayatan bahkan untuk Hal-hal Kecil
Lahir tanpa tangan dan kaki, Nick Vujicic menghadapi tantangan besar sejak lahir. Namun, dengan sikap positif yang teguh, ia berhasil mengatasi rintangan tersebut dan menjadi inspirasi bagi jutaan orang.
Melalui keyakinan dan optimisme, Vujicic tidak hanya meraih kebahagiaan pribadi tetapi juga menginspirasi orang lain untuk tetap positif di tengah kesulitan hidup.
Ini memperlihatkan kekuatan positivity dalam menghadapi tantangan dan menemukan kebahagiaan meski dalam situasi sulit.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Menyelamlah, Apapun Agama yang Dianut
.Ia juga mendirikan organisasi nirlaba “Life Without Limbs,” yang mendukung orang-orang dengan disabilitas.
Selain itu, ia telah menulis beberapa buku best-seller, seperti Life Without Limits, yang menyampaikan pesan-pesan inspiratif untuk hidup tanpa menyerah.
P3: Passion
Baca Juga: Catatan Denny JA: Mengapa Donald Trump Menang? Dan Apa Efeknya Buat Indonesia?
Menemukan passion, atau hasrat yang mendalam dalam pekerjaan atau hobi, adalah kunci kebahagiaan dan kepuasan batin.
Mihaly Csikszentmihalyi, psikolog yang terkenal dengan konsep flow, menemukan bahwa orang mencapai kebahagiaan tertinggi ketika mereka sepenuhnya terlibat dalam aktivitas yang mereka cintai.
Dalam kondisi flow, waktu seolah berhenti, dan dunia di luar seakan memudar, meninggalkan kita hanya dengan aktivitas yang menyatu dengan jiwa. Dengan passion, hidup kita terasa penuh warna dan bermakna, memberi nilai pada setiap tindakan dan detik yang kita jalani.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Neuroscience, Samudra Spiritualitas Berakar di Saraf Manusia
Contoh: Steve Jobs dan Obsesi pada Inovasi.
Steve Jobs dikenal karena hasratnya yang mendalam untuk teknologi dan desain. Ia mendedikasikan hidupnya untuk menciptakan produk-produk revolusioner seperti iPhone dan MacBook yang mengubah cara dunia berkomunikasi.
Dalam proses kreatifnya, Jobs sering memasuki keadaan “flow,” di mana ia begitu terlibat dalam pekerjaannya hingga melupakan segalanya.
Passion-nya memberi warna pada hidupnya dan hasil karyanya, yang kini menjadi bagian dari budaya global. Kisah ini menggarisbawahi bahwa passion dalam pekerjaan membawa kebahagiaan dan kepuasan batin yang dalam.
S1: Small Winning
Kemenangan kecil yang kita raih setiap hari, walau tampak sederhana, memberi kepuasan yang mendalam.
Teresa Amabile, dalam risetnya tentang progress principle, mengungkapkan bahwa pencapaian kecil memicu dorongan positif yang meningkatkan motivasi dalam jangka panjang.
Setiap kemenangan kecil seperti riak di permukaan air yang menciptakan gelombang besar kebahagiaan. Dengan mengapresiasi langkah-langkah kecil, kita merasakan bahwa hidup ini penuh kemajuan dan berarti, menguatkan tekad kita untuk terus bergerak maju.
Contoh: Thomas Edison dan Kegigihan dalam Pencapaian Kecil.
Thomas Edison terkenal dengan pernyataannya bahwa dia menemukan ribuan cara yang “tidak berhasil” sebelum menemukan bola lampu listrik yang sukses.
Setiap kali ia mencapai kemajuan kecil, ia semakin dekat pada tujuan utamanya. Dalam proses itu, Edison mengapresiasi setiap langkah kecil sebagai kemajuan yang berarti.
Ini mengajarkan bahwa kemenangan kecil memberikan dorongan yang sangat kuat dan membangun motivasi untuk mencapai tujuan besar.
S2: Spirituality
Spiritualitas melampaui batas-batas agama formal; ia adalah kesadaran akan koneksi kita dengan sesuatu yang lebih besar.
Neurosains menemukan bahwa praktik spiritual seperti meditasi dan doa mengubah struktur otak, meningkatkan ketenangan dan kebahagiaan.
Penelitian oleh Richard Davidson menunjukkan bahwa spiritualitas mengaktifkan bagian otak yang berkaitan dengan empati, kasih sayang, dan ketenangan batin.
Spiritualitas bagaikan jembatan yang membawa kita menuju kedamaian sejati, di mana kita merasakan kehadiran makna dalam keheningan terdalam.
Contoh: Mahatma Gandhi dan Kekuatan Doa dan Meditasi
Mahatma Gandhi menggabungkan praktik doa dan meditasi sebagai bagian integral dari hidupnya. Dalam perjuangannya untuk kemerdekaan India, Gandhi menunjukkan bahwa spiritualitas bukan hanya soal keyakinan pribadi, tetapi sumber kekuatan yang memandu tindakannya.
Meditasi dan doa membantunya menemukan ketenangan dan kekuatan batin, meskipun menghadapi tekanan besar.
Gandhi menginspirasi banyak orang untuk menemukan kedamaian dalam diri mereka dan mengaplikasikan spiritualitas dalam tindakan nyata yang penuh makna.
Contoh-contoh di atas menampilkan bagaimana lima prinsip kebahagiaan dan makna hidup ini terwujud dalam kisah nyata tokoh-tokoh besar.
Prinsip-prinsip tersebut bukan hanya teori, melainkan nilai-nilai yang bisa dijalani dan menghasilkan dampak signifikan baik bagi individu maupun masyarakat.
Apa kritik terhadap Positive Psychology dan Neurosains sebagai Fondasi Spiritualitas?
Meskipun positive psychology dan neurosains memberikan wawasan baru tentang kebahagiaan, ada kritik yang menyatakan bahwa pendekatan ini terlalu sederhana.
Mereka berpendapat bahwa jika spiritualitas hanya dilihat dari perspektif ilmu saraf, kedalaman makna spiritual bisa berkurang menjadi sekadar reaksi biologis atau proses kognitif.
Kritik terkuat terhadap menjadikan riset psikologi positif dan neurosains sebagai basis telaah spiritualitas adalah bahwa pendekatan ini berisiko mereduksi spiritualitas menjadi sekadar rangkaian respons biologis atau kondisi psikologis yang dapat diukur dan dipetakan oleh ilmu pengetahuan.
Pandangan ini menganggap spiritualitas sebagai pengalaman batin yang dalam dan melampaui data empiris serta parameter ilmiah. Bagi banyak pihak, spiritualitas tidak semata-mata tentang kesejahteraan emosional atau perubahan struktur otak, tetapi tentang koneksi dengan sesuatu yang transendental atau suci yang melampaui batas fisik manusia.
Dengan kata lain, ilmu pengetahuan dianggap tidak memiliki kapasitas untuk sepenuhnya memahami dan mendeskripsikan aspek terdalam dari pengalaman batin.
Namun, menjadikan riset psikologi positif dan neurosains sebagai alat dalam memahami spiritualitas bukan berarti mengerdilkan nilai spiritualitas menjadi sekadar respons biologis.
Sebaliknya, pendekatan ini bisa dilihat sebagai cara untuk memperkaya pemahaman kita tentang spiritualitas, dengan menambahkan dimensi empiris yang melengkapi pengalaman batin yang transenden.
Neurosains dan psikologi positif dapat membantu mengidentifikasi bagaimana praktik spiritual, seperti meditasi dan doa, berpengaruh positif pada kesejahteraan mental dan fisik, misalnya dengan mengurangi stres atau meningkatkan empati dan kasih sayang.
Berikut adalah tiga poin utama untuk mendukung penggunaan riset ini sebagai basis yang melengkapi, bukan menggantikan, pengalaman spiritual:
Pertama, Ilmu Pengetahuan sebagai Sarana Penerapan Praktis
Dengan memahami efek positif dari praktik spiritual melalui riset ilmiah, kita dapat mengaplikasikan spiritualitas secara lebih praktis dalam kehidupan sehari-hari.
Misalnya, bukti ilmiah tentang efek meditasi dan doa dalam menurunkan kecemasan dapat mendorong orang yang mungkin ragu terhadap spiritualitas untuk mencoba praktik ini demi kesehatan mental mereka.
Dalam hal ini, neurosains dan psikologi positif berperan sebagai jembatan yang membuat spiritualitas lebih mudah diakses dan diterapkan, tanpa menghilangkan nilai sakral yang mendalam.
Kedua, Keseimbangan antara Empiris dan Transenden
Sains dan spiritualitas tidak harus saling meniadakan. Di satu sisi, sains memberikan pemahaman tentang manfaat biologis dari praktik spiritual.
Di sisi lain, spiritualitas tetap memberikan pengalaman transendental dan makna mendalam bagi mereka yang mencari nilai-nilai yang lebih tinggi.
Penelitian yang menunjukkan perubahan struktur otak saat bermeditasi dan berdoa, misalnya, tidak mengurangi nilai transendental meditasi atau doa itu sendiri, tetapi justru menambah kedalaman dengan menunjukkan bahwa pengalaman spiritual memiliki efek nyata pada tubuh dan pikiran manusia.
Ketiga, Meningkatkan Pemahaman akan Kesehatan Holistik
Pendekatan ilmiah pada spiritualitas memungkinkan kita memahami bagaimana kesehatan fisik, mental, dan spiritual saling terhubung.
Psikologi positif dan neurosains mengungkapkan bahwa praktik spiritual seperti belas kasih dan syukur berpengaruh langsung pada kesejahteraan kita.
Dengan demikian, bukti ilmiah tentang efek positif spiritualitas pada kesehatan jiwa dan raga memberikan pemahaman holistik tentang manusia, yang justru menguatkan hubungan antara tubuh, pikiran, dan jiwa.
Dalam konteks ini, kritik bahwa spiritualitas berisiko “diringkas” menjadi aspek biologis dapat diimbangi dengan melihat ilmu pengetahuan sebagai alat bantu, bukan sebagai tujuan akhir.
Tujuannya bukan untuk “mengukur” pengalaman transendental, tetapi untuk menunjukkan bahwa pengalaman-pengalaman tersebut memang nyata dan berdampak positif bagi manusia.
Memang benar bahwa sains mungkin tidak pernah bisa sepenuhnya menjelaskan aspek transendental dari spiritualitas, tetapi pengetahuan tentang efek biologis dari praktik spiritual bisa memperkuat kepercayaan seseorang pada manfaat spiritualitas, bahkan di dunia modern yang semakin ilmiah.
Secara keseluruhan, riset psikologi positif dan neurosains dapat membantu mendekatkan pengalaman spiritual kepada lebih banyak orang, tanpa menggantikan nilai transenden yang mendalam.
Hal ini memungkinkan sains dan spiritualitas berjalan seiring, menciptakan pemahaman yang lebih kaya tentang manusia sebagai makhluk yang utuh.
"Sains menyingkap fakta, spiritualitas mengungkap makna; bersama, keduanya membawa kita pada pemahaman yang utuh tentang siapa kita sebagai manusia."
Ilmu pengetahuan bukanlah pengganti pengalaman spiritual, tetapi memperdalam pemahaman kita tentangnya.
Neurosains, dengan bukti empirisnya, menambah kedalaman pandangan kita tentang spiritualitas dengan menunjukkan dampak positifnya pada otak dan tubuh manusia.
Alih-alih menghapus nilai-nilai agama, pendekatan ini mengakui bahwa pengalaman spiritual adalah bagian tak terpisahkan dari keberadaan kita sebagai manusia.
Esai ini menghormati keberadaan agama-agama sebagai harta budaya yang tak ternilai. Setiap agama, dengan warisan ajarannya yang unik, menawarkan panduan menuju kehidupan yang bermakna.
Formula 3P + 2S ini mengajak kita untuk menyelami dan merawat spiritualitas—entah itu dalam kerangka agama tertentu atau di luar agama formal, melalui perjalanan pribadi.
Samudra spiritualitas luas tak terhingga, dan saraf manusia adalah perahu yang membimbing kita menembus kedalaman jiwa.
Lima Pilar Menuju Kebahagiaan dan Makna Hidup
Di samudra kehidupan, kebahagiaan adalah bintang yang memandu perjalanan kita.
Lima prinsip ini—Personal Relationship, Positivity, Passion, Small Winning, dan Spirituality—adalah tiang-tiang layar yang menopang perahu kita di tengah ombak.
Setiap prinsip membawa kita lebih dalam pada pemahaman diri dan keterhubungan dengan dunia sekitar.
Kebahagiaan bukanlah tujuan akhir; ia adalah jejak yang kita tinggalkan dalam setiap langkah. Seperti sungai yang mengalir tanpa henti, kebahagiaan terus hadir melalui setiap hubungan, tawa, pencapaian kecil, dan kedamaian yang kita temukan di dalam diri.
Kita adalah penjelajah dalam hutan makna. Setiap langkah membuka jalan menuju kebahagiaan yang tersembunyi di balik dedaunan hidup.
Wina, 3 November 2024 ***
Referensi:
Barbara Fredrickson dalam bukunya Positivity (2009, Crown Publishing Group) mengeksplorasi dampak positif pada kesejahteraan mental, menunjukkan bagaimana optimisme membentuk kesejahteraan hidup.
Richard Davidson, dalam The Emotional Life of Your Brain (2012, Plume), mengungkapkan bagaimana spiritualitas dan emosi mempengaruhi struktur otak.
Mihaly Csikszentmihalyi, dalam Flow: The Psychology of Optimal Experience (1990, Harper & Row), menjelaskan bagaimana passion dan flow adalah kunci kebahagiaan sejati.