DECEMBER 9, 2022
Internasional

Setahun Israel Serbu Jalur Gaza, Pakistan Tetap Konsisten Boikot Produk Perusahaan Pendukung Israel

image
Meskipun sudah satu tahun sejak serangan Israel di Jalur Gaza yang menewaskan lebih dari 41.000 orang, kebanyakan dari mereka adalah perempuan dan anak-anak, boikot terhadap merek asing, khususnya dari negara-negara yang mendukung Tel Aviv, sangat terasa di Pakistan, negara Asia Selatan yang memiliki senjata nuklir ini. /ANTARA/Anadolu/py

Masalah Kualitas

Memanfaatkan boikot ini, perusahaan-perusahaan lokal memang secara signifikan meningkatkan penjualan dan keuntungan mereka, namun banyak yang gagal bersaing dengan produk asing dalam hal kualitas dan strategi pasar yang berkelanjutan.

Pada bulan September, mereka yang setuju dengan boikot mencapai 68 persen, sedikit lebih tinggi dari 65 persen yang tercatat pada bulan April, menurut Kashif Hafeez, kepala Pulse Consultant, lembaga pemikir yang berbasis di Karachi yang telah memantau kampanye boikot ini sejak Oktober tahun lalu.

Baca Juga: Paus Fransiskus Sebut Pemboman Israel di Gaza dan Lebanon "Tidak Bermoral" dan Tidak Proporsional

Dibandingkan dengan gelombang pertama pemantauan pada November 2023, terjadi penurunan tajam hampir 15 persen — dari 85 persen menjadi 70 persen.

“Setelah Ramadan, kami mengamati peningkatan signifikan sebesar 16 persen dalam jumlah yang setuju untuk boikot (dari 68 persen pada Desember 2023 menjadi 84 persen pada April 2024),” tambah Hafeez.

Namun, pada gelombang September, dampak praktisnya turun 10 persen, dari 84 persen menjadi 74 persen.

Baca Juga: Sekitar 17.000 Anak Palestina Meninggal Akibat Serangan Brutal Israel di Jalur Gaza Sejak Oktober 2023

Sentimen boikot lebih kuat tertanam pada anak-anak dan kelas sosial-ekonomi atas, tambahnya.

Jumlah orang yang secara praktis berpartisipasi dalam boikot produk dari Amerika Serikat (AS) dan negara-negara pro-Israel lainnya telah menurun, meskipun dipengaruhi oleh berbagai alasan mulai dari kualitas rendah hingga pasokan yang tidak berkelanjutan, serta kurangnya upaya membangun merek oleh perusahaan lokal, menurut Hafeez.

“Penurunan ini bukan karena sentimen yang melemah, melainkan karena perusahaan lokal gagal menyediakan produk berkualitas, selain harga yang tidak kompetitif, pasokan yang tidak berkelanjutan, dan kurangnya perhatian terhadap pembangunan merek,” ujarnya.

Baca Juga: Aksi Protes Meluas di Kota-kota Eropa Menentang Serangan Israel di Jalur Gaza dan Lebanon

Dia menambahkan, sayangnya, merek-merek lokal hanya memanfaatkan kesempatan ini untuk meningkatkan keuntungan daripada membangun merek dan meningkatkan kualitas.

Halaman:
Sumber: Antara

Berita Terkait