Catatan Denny JA: Ilmu Menjadi Tanah Air Pengganti
- Penulis : Dody Bayu Prasetyo
- Jumat, 04 Oktober 2024 09:04 WIB
Aku daun kecil ikut terbawa,
melayang- layang,
berputar tanpa arah,
tak menapak tanah.
Sepi datang, menjadi virus
lebih dingin dari salju,
lebih kejam dari revolusi yang gagal,
mengiris jiwaku,
mengoyak mimpi yang pernah mekar,
di atas ilusi kekuasaan.
“Aku berlari,
tapi dari apa?
Dari diriku sendiri?”
Baca Juga: Catatan Denny JA: Ayah, Semoga Abu Jasadmu Sampai ke Pantai Indonesia
---
Namun di tengah kehancuran,
seberkas cahaya muncul,
bukan dari api revolusi yang meredup,
melainkan dari dunia ilmu pengetahuan,
yang diam-diam menyusup,
membuka jendela ke dunia yang lebih luas.
Jika tak ada tanah untukku,
aku akan menciptakan rumah
dari ilmu yang kupelajari.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Pemulung Itu Seorang Doktor
Ini rumah tanpa batas,
tanpa paspor,
tanpa negara,
setiap molekul menjadi pijakan.
Dari Moskow, Sartono mencari jalan, ke Berlin, lewat jalan rahasia, tersembunyi.
Rasa takut dikalahkan jeritan kebebasan.
Berlin Barat, 1977.
Aku tiba dengan tangan kosong,
berlindung dari bayangan masa lalu.
Tak ada nama yang memanggilku,
tak ada jejak yang mengenaliku.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Mencari Akar Keluarga di Kebumen
Namun di Max Planck,
aku temukan tanah air baru,
bukan dari tanah,
tapi dari rumus dan formula ilmu,
yang menjawab sepi dalam dadaku.