Puisi Denny JA: Kulihat Raksasa Itu Tumbang
- Penulis : Dody Bayu Prasetyo
- Minggu, 29 September 2024 08:39 WIB
ORBITINDONESIA.COM - Di tahun 1960-an, Mualim dikirim ke Moskow untuk belajar. Prahara politik dekade itu membuatnya tak bisa pulang, dan mengubah hidupnya.
-000-
Apa yang bisa diharap oleh daun,
yang lepas dari pohon,
melayang tanpa arah,
diombang-ambingkan angin?
Baca Juga: Syaefudin Simon: Puisi Denny JA di Makamku
"Akulah daun itu," kata Mualim,
dihempaskan oleh ilusi revolusi,
hilang, tanpa tahu di mana berakhir.
Di Moskow, di masa tua,
Mualim kedinginan.
Namun, hatinya lebih beku.
Kebun di dadanya, dulu penuh bunga
dan yel-yel revolusi,
kini layu, tersisa luka yang menganga.
Baca Juga: Puisi dari Gunawan Trihantoro Tentang Lukisan Artificial Intelligence
Ia menatap patung Lenin.
Angin membawa ingatannya jauh,
ke masa Indonesia menyala,
ketika revolusi adalah mantra.
Mualim, pemuda penuh api,
dikirim Bung Karno sekolah ke Moskow
Belajar untuk bangun negeri,
lalu kelak memetik bintang. 1
Tapi api itu padam.
Bung Karno jatuh.
Zaman berbelok arah.
Mualim menjadi bagian dari cerita lama.
Baca Juga: Puisi Denny JA: Pesan yang Dibawa Seekor Burung yang Hinggap di Pundakku
Pulang berarti penjara,
paspor dicabut,
ia melayang,
warga tanpa negara.