Pemimpin Oposisi Bangladesh, Khaleda Zia Ajak Massa Menahan Diri Dalam Masa Pemerintahan Transisi
- Penulis : Satrio Arismunandar
- Kamis, 08 Agustus 2024 00:20 WIB
ORBITINDONESIA.COM - Ketua Partai Nasionalis Bangladesh (BNP) yang baru saja dibebaskan, Khaleda Zia, pada Rabu, 7 Agustus 2024 menyerukan agar semua pihak dapat menahan diri, saat negara itu bergerak menuju pembentukan pemerintahan transisi.
Masa transisi Bangladesh berjalan sejak mantan Perdana Menteri Sheikh Hasina melarikan diri menyusul protes kekerasan berminggu-minggu. Hasina adalah lawan politik Khaleda Zia.
Dalam pidato publik pertamanya setelah dibebaskan dari tahanan rumah, mantan Perdana Menteri Khaleda Zia mendesak anggota partai dan masyarakat luas untuk menahan diri dari tindakan penghancuran dan balas dendam, serta menghormati semua agama dan komunitas di Bangladesh.
Baca Juga: Menlu Jaishankar: Mantan PM Bangladesh Sheikh Hasina Berada untuk Sementara di India
"Kemenangan ini telah membawa kita kepada kemungkinan baru," kata Zia.
“Kita harus membangun Bangladesh yang makmur dari reruntuhan demokrasi dan korupsi. Pemuda-pemuda pahlawan membuat yang tidak mungkin menjadi mungkin melalui perjuangan maut. Hormati ratusan martir (yang tewas selama protes mahasiswa)," tambahnya,
Zia (79), menyampaikan pidato publik di depan markas besar BNP di Dhaka setelah lebih dari enam setengah tahun tidak menampilkan diri.
Baca Juga: Presiden Bangladesh Mohammed Shahabuddin Bubarkan Parlemen, Akhiri Pemerintahan PM Sheikh Hasina
Dia menyampaikan pidato tersebut melalui video yang direkam di rumah sakit tempat dia menjalani perawatan untuk berbagai komplikasi penyakit yang dideritanya.
Bangladesh yang makmur harus dibangun atas dasar hak asasi manusia, keadilan sosial, dan kesetaraan, lanjutnya.
Putranya, Tarique Rahman, yang kini berada di pengasingan di Inggris, juga menyampaikan pidato dalam rapat umum tersebut secara virtual.
Sebelumnya, Presiden Mohammed Shahabuddin memerintahkan pembebasan Zia pada Senin, 5 Agustus 2024, beberapa jam setelah Hasina melarikan diri dari negara itu di tengah aksi protes mahasiswa yang meluas karena menentang kuota pekerjaan publik.