DECEMBER 9, 2022
Internasional

Kabinet Lebanon Bahas Serangan Udara di Beirut, Serukan Tekanan Komunitas Internasional Terhadap Israel

image
PM Lebanon Najib Mikati/HO/www.pcm.gov.lb

ORBITINDONESIA.COM - Kabinet Lebanon mengadakan pertemuan pada Rabu, 31 Juli 2024, untuk membahas serangan udara Israel di pinggiran selatan ibu kota Lebanon, Beirut, kata kantor Perdana Menteri sementara Lebanon Najib Mikati pada Selasa, 30 Juli 2024.

Sebelumnya pada Selasa, Israel mengumumkan telah menyerang pinggiran selatan ibu kota Lebanon, Beirut, yang menargetkan seorang "komandan yang bertanggung jawab di Majdal Shams dan pembunuhan banyak warga sipil Israel lainnya."

"Kabinet Lebanon akan bertemu besok pagi pukul 8:30 (12.30 WIB), Rabu di Grand Serail (istana pemerintahan) untuk membahas keadaan darurat," kata kantor perdana menteri di X.

Baca Juga: Ketegangan Baru Israel vs Hizbullah, Mesir Peringatkan Untuk Tidak Buat Perang Baru di Lebanon

Kantor tersebut mengatakan dalam sebuah unggahan terpisah bahwa Mikati mengutuk serangan udara Israel di kotamadya Haret Hreik di pinggiran Dahieh, selatan Beirut, dan menyerukan komunitas internasional untuk menekan Israel.

"Tindakan kriminal yang dilakukan malam ini adalah rangkaian dari operasi agresif yang telah mempengaruhi warga sipil dan pelanggaran yang jelas dan tegas terhadap hukum internasional dan hukum kemanusiaan internasional," kata Mikati dalam pernyataan itu.

"Kami menyerukan kepada komunitas internasional untuk bertindak atas tanggung jawabnya dan memaksa Israel untuk menghentikan agresi dan ancamannya serta menerapkan resolusi internasional," kata Mikati menambahkan.

Baca Juga: Seluruh Penerbangan di Bandara Rafic Hariri Beirut Dihentikan di Tengah Ancaman Serangan Israel ke Lebanon

Pelaksana tugas perdana menteri itu menambahkan bahwa Lebanon berhak mengambil semua tindakan untuk mencegah agresi Israel.

Ia menambahkan bahwa pihaknya telah mengadakan pertemuan kabinet Lebanon untuk membahas masalah tersebut.

Sementara itu, Menteri Pengungsi sementara Lebanon Issam Charafeddine mengatakan kepada Sputnik, dengan mengebom Beirut, Israel berusaha mengalihkan tanggung jawab atas eskalasi lebih lanjut di kawasan tersebut dan konsekuensinya kepada gerakan Hizbullah.

Baca Juga: Serangan Udara Israel Tewaskan Anggota Hizbullah di Kota Beit Lif, Lebanon Selatan

"Menyerang pinggiran selatan Beirut, Israel mencoba mendiskreditkan Hizbullah dan membuatnya bertanggung jawab (atas eskalasi) dengan memanipulasi opini komunitas dunia," kata Charafeddine.

Tentara Israel (IDF) mengatakan sebelumnya pada hari itu bahwa mereka telah menyerang Beirut, menargetkan seorang "komandan yang bertanggung jawab atas pembunuhan warga sipil Israel."

Pada Sabtu lalu, IDF mengatakan bahwa 12 orang tewas dalam serangan roket di Dataran Tinggi Golan, yang mereka tuduhkan pada Hizbullah. Gerakan Lebanon itu membantah klaim tersebut.

Baca Juga: KBRI Beirut: Warga Negara Indonesia Diimbau Tinggalkan Lebanon untuk Antisipasi Konflik Israel vs Hizbullah

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa Israel tidak akan membiarkan serangan di Dataran Tinggi Golan tidak terbalas dan Hizbullah akan membayar harga "yang belum pernah mereka bayar sebelumnya."

Situasi di perbatasan Israel-Lebanon memburuk setelah dimulainya operasi militer Israel di Jalur Gaza pada Oktober 2023.

Tentara Israel dan pejuang Hizbullah melakukan baku tembak hampir setiap hari di daerah-daerah sepanjang perbatasan.***

Sumber: Antara

Berita Terkait