Menyelam ke Dalam Diri: Pengantar Buku 71 Lukisan Tentang Renungan Jalaluddin Rumi dari Denny JA
- Penulis : Krista Riyanto
- Selasa, 30 Juli 2024 09:12 WIB
Saya juga mendalami filsafat Jawa yang diwakili oleh Ki Ageng Surya Mataram. Menurut Ki Ageng, keinginan kita itu mulur mungkret.
Apa pun yang kita terima, kita ingin lebih banyak lagi. Dan apa pun yang kita hilang, kita akan tahan melalui waktu. Hukum rutinitas akan membuat segala hal menjadi normal kembali.
Di era itulah saya mengenal Jalaluddin Rumi.
-000-
Beberapa kutipan Jalaluddin Rumi memang sangat menyentuh. Misalnya, kutipan:
"Agamaku adalah cinta, dan rumah ibadaku di setiap hati manusia."
Ini renungan sangat dalam. Ia sesuai dengan suasana batin saya saat itu, yang menyelami banyak tradisi spiritual dan agama. Saya pun sampai pada konsep "Transcendental Unity of Religions.”
Walaupun agama-agama ini berbeda, tetap terasa adanya satu kesatuan spiritual. Itu seperti jeruji pada ban sepeda.
Semakin kita telusuri sisi luar dari agama, jerujinya semakin berbeda. Namun, semakin kita masuk ke pusat agama, semua jeruji ban sepeda itu menuju satu lingkaran dalam yang sama.
Lingkaran dalam itu adalah cinta, compassion, virtue, kebajikan, dan keadilan. Ini adalah inti dari semua agama yang mengajak kita untuk penuh cinta dan kebajikan.