DECEMBER 9, 2022
Kolom

Yang Bukan Kritikus Seni Rupa Boleh Ambil Bagian: Sebuah Pengantar Buku Pameran Lukisan Bantuan AI dari Denny JA

image
(OrbitIndonesia/kiriman)

Empat hal ini bisa menjadi panduan:

1. Personalisasi pengalaman

Mengaitkan karya seni dengan pengalaman pribadi atau perasaan dapat membuat ulasan lebih dimengerti dan menarik bagi pembaca. Pola ini paling banyak diekspresikan dalam ulasan di buku ini.

Mengulas aneka lukisan soal COVID-19, ada yang menghubungkan lukisan itu dengan pengalamannya hampir mati ketika menjadi korban virus itu.

“Sungguh mengerikan! Aku merinding, ingat masa-masa yang kritis dalam hidupku, antara hidup dan mati, saat melihat lukisan-lukisan tragedi pandemi COVID19 di lantai dua Mahakam 24 Residence, Blok M, Jakarta.

Betapa tidak, kala itu Juni 2021, aku, istri, dan keempat anakku, semuanya terkena gigitan virus COVID-19. Aku yang paling parah. Seluruh tubuhku seperti dicincang. Sakit sekali.

Aku pasrah. Waktu itu aku mengadu, "Tuhan, aku sudah siap jika Engkau ambil nyawaku, daripada sakit luar biasa diterkam virus Corona."

“Gambaran seperti itulah yang terbayang dalam benakku ketika menyaksikan puluhan lukisan Denny JA (DJA) yang berada di lantai dua Mahakam.”

“Dengan bantuan AI (Artificial Intelligence), Denny JA berhasil "membetot kenangan" munculnya tragedi terbesar abad 21, pandemi COVID-19, yang membunuh ratusan ribu --bahkan jutaan manusia -- di seluruh dunia.” (Saefudin Simon)

Atau ketika melihat lukisan tentang imajinasi anak-anak, ada yang menghubungkannya dengan pengalamannya sendiri ketika masa kanak-kanak.

Halaman:
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Berita Terkait