Cerpen Rusmin Sopian: Ada Cerita Palsu dari Mulut Palsu Penutur Palsu
- Penulis : Satrio Arismunandar
- Minggu, 30 Juni 2024 09:27 WIB
Narasi berupa cerita tentang sesuatu itu mulai menyusup ke seluruh aliran darah dalam tubuh mereka yang putus asa dan mencari identitas diri.
Narasi berupa cerita tentang sesuatu itu mulai berkobar dengan suara bergemuruh dalam sanubari miskin mereka. Narasi berupa cerita tentang sesuatu itu seolah dianggap sebagai sebuah dogma baru yang harus diperjuangkan dengan semangat membara.
“Kalau bapak-bapak semua bersikap bak menelan obat tanpa resep dokter, bukan justru membuat tubuh menjadi sehat, namun membuat tubuh kita menjadi lemah dan sensitif terhadap isu yang berkembang biak. Ini baru katanya. Belum terbukti. Tidak ada faktanya. Bisa-bisa kita sesama warga memangsa kita sendiri,” terang Pak Kades saat melihat warga berkumpul di halaman rumahnya dengan wajah-wajah penuh keberingasan.
Baca Juga: CERPEN Syaefudin Simon: Menikah
Wajah-wajah yang dikendalikan emosi
“Tapi Pak Kades, suara itu terus berbunyi kencang menembus jiwa kami. Merongrong nurani kami,” sergah seorang warga dengan nada suara emosi.
“Benar. Pertanyaannya apakah suara yang berbunyi kencang dalam nurani itu mengandung sebuah kebenaran? Apakah suara hati yang berbunyi kencang di dalam jiwa kita itu mengandung kebenaran? Perlu kita uji dengan mencari sumber suara itu dan mengecek kebenarannya,” jawab Pak Kades setengah bertanya.
Baca Juga: CERPEN Syaefudin Simon: ADI
“Pak Kades jangan membela suara yang salah. Pak Kades harusnya membela kami yang telah memilih Pak Kades sehingga bisa mengemban amanah ini,” sahut warga yang lain dengan suara tinggi.
“Saya tidak membela siapapun. Sebagai pimpinan di Desa ini saya berkewajiban membela kebenaran. Bukan mengikuti suara jiwa palsu yang berbunyi kencang yang ditiupkan para penebar hoaks,” jawab Pak Kades.
“Hoaks?” tanya para warga dengan suara serempak dengan penuh tanda tanya
Baca Juga: CERPEN Syaefudin Simon: Tuhan yang Telanjang
“Iya. Hoaks. Berita palsu yang ditiupkan para penutur palsu untuk memecah belah kita sebagai warga Desa. Dan ini sudah mewabah hingga ke pelosok-pelosok,” ungkap Pak Kades.