Renungan Iduladha: Akan Menguatkah Tafsir yang Tak Lagi Harus Hewan Dijadikan Kurban Ritus Agama?
- Penulis : Krista Riyanto
- Senin, 17 Juni 2024 17:41 WIB
Ketiga, perspektif yang diwakili oleh Shahid Ali Mutaqqi. Ia memulai dengan memberikan tafsir yang berbeda atas ayat Quran.
Menurutnya, yang dipentingkan dalam kurban dan kisah Nabi Ibrahim itu bukan fisik hewannya.
Yang esensial dari ayat Quran itu adalah ekspresi ketakwaan manusia. Manusia bahkan harus mengalahkan kecintaan kepada anak kandungnya sendiri.
Secara filosofis, Tuhan digambarkan sebagai pusat kebenaran. Kisah Ibrahim cerita tentang dedikasi orang yang saleh kepada kebenaran itu, mengalahkan bahkan cinta kepada anak kandung.
Memperingati Idul Adha, kita memperingati komitmen untuk lebih cinta pada kebenaran ketimbang kepada yang lainnya.
Dalam narasi ini, kurban hewan tidak esensial. Ia bisa ditafsir ulang. Kita bisa untuk tidak lagi menjadikan hewan secara massa sebagai kurban ritus agama.
Per hari ini tentu saja pandangan dari Shahid Ali Mutaqqi ini opini yang minor. Ia hanya pandangan alternatif saja. Bahkan mungkin oleh sebagian dianggap pandangan yang nyeleneh.
-000-
Namun ada berbagai kondisi yang pelan-pelan membuat pandangan Shahid Ali Mutaqqi mendapat dukungan yang menguat dan menguat lagi.
Konteks sosial zaman baru, zaman yang berubah, akan lebih menguatkah spirit tak lagi ingin hewan dijadikan kurban ritus agama?