Ahmad Nuri: Gaza Sekarang adalah Indonesia Pada Masa Perang Kemerdekaan
- Penulis : Satrio Arismunandar
- Minggu, 09 Juni 2024 01:40 WIB
Meskipun demikian, bukan kapasitas tulisan ini untuk menelisik lebih jauh tentang negara atau entitas kuat mana yang dimaksud. Bila yang dimaksud ialah Amerika Serikat sebagai Israel besar dan Israel sebagai Amerika kecil, maka opsi jangka pendek untuk menyudahi pemandangan memilukan ini menjadi muskil terwujud.
Selalu ada harapan
Harapan yang kecil jauh lebih baik daripada tidak ada harapan sama sekali. Di Israel terdapat kelompok manusia yang menentang kebengisan pemerintahnya terhadap rakyat Gaza.
Sikap hikpokrit pemerintah Amerika dan Inggris nyatanya memunggungi semangat kemanusiaan dari masyarakatnya yang tanpa lelah menyuarakan free Palestine di banyak tempat, hingga detik ini.
Slovenia, per awal Juni 2024 menjadi negara terbaru dari Eropa yang menyusul Spanyol, Norwegia, serta Irlandia yang telah lebih dulu menyatakan pengakuan kedaulatan terhadap negara Palestina.
Negara lain, seperti Italia, memang belum menyatakan pengakuan atas Palestina, namun pernyataan lebih tegas dikeluarkan oleh pejabat pemerintahan Italia yang mengatakan bahwa tindakan Israel sejauh ini akan memicu konsekuensi jangka panjang, yakni terwariskannya kebencian terhadap anak-cucu.
Kita hanya menunggu langkah Makhamah Pidana Intenasional (ICC) untuk memberikan status buronan terhadap Benjamin Netanyahu, para pejabat pemerintah Israel serta pihak-pihak yang dalam pandangan hukum sebagai subjek perang, tidak terkecuali Hamas.
Sementara Indonesia senantiasa menempatkan Palestina sebagai saudara tidak pernah berpaling muka untuk mengupayakan solusi diplomatik signifikan sesegera mungkin. Begitu banyak tanda-tanda harapan di tengah ketidakpastian keamanan yang dialami warga Gaza.
Bagaimanapun kita adalah bangsa yang pernah merasakan penderitaan di bawah kolonialisme. Kita memiliki kemiripan dari cerita getir di masa lalu yang bedanya hingga kini masih dirasakan oleh rakyat Palestina.
Mengibarkan bendera perang tidak ada dalam kamus kita, tetapi mengibarkan ribuan bendera perdamaian sudah menjadi identitas kita sebagai bangsa yang mencintai perdamaian.