DECEMBER 9, 2022
Humaniora

Lukisan Artificial Intelligence Karya Denny JA tentang Pilpres Sampai Spiritualitas Dipamerkan di Mahakam 24 Residence

image
Lukisan karya Denny JA di Mahakam 24 Residence. (OrbitIndonesia/kiriman)

Mengapa Mahakam 24 Residence, Jakarta, menyediakan tempatnya untuk secara permanen untuk memamerkan 188 lukisan AI Denny JA?

Manajer hotel Firman Firdaus menjawab. “Kami ingin memulai tradisi baru. Hotel kami juga ingin sekaligus menjadi galeri permanen satu genre lukisan saja.”

Ujar Firman, “Memang hotel kami tidak mewah karena ia bukan hotel bintang lima. Memang hotel kami juga tidak lengkap fasilitas gelar lukisan karena ia bukan museum atau galeri.

Baca Juga: Melawan Diskriminasi dengan Puisi: Kata Pengantar Denny JA untuk Kumpulan Puisi Anti Diskriminasi dan Pro Toleransi

Tapi hotel kami bersiap menjadi galeri lukisan juga. Khususnya satu genre saja, dalam hal ini, genre lukisan artificial intelligence.

Maka seluruh gedung itu dengan enam lantai, dipenuhi lukisan Denny JA. 

Di semua lantai tersebut, di bagian eksterior, yang menghubungkan kamar-kamarnya dipajang 188 lukisan Denny JA. Setiap lantai berisi lukisan dengan satu topik dan tema berbeda-beda.

Baca Juga: Pilkada Lampung Timur: Zaiful Bokhari Berdialog dengan Konsultan Politik Ternama Denny JA di Jakarta

Di lantai paling tinggi, yaitu lantai tujuh, khusus menampilkan lukisan-lukisan Denny JA mengenai imajinasi anak-anak. Ada anak-anak di sana yang sedang rindu bermain ayunan di bulan.

Ada anak kecil dari satu desa yang naik sepeda dan membayangkan dirinya melayang di antara planet-planet yang luas. Juga ada anak-anak yang membayangkan mereka masuk ke dalam laut dan bermain dengan ikan-ikan sebagai sahabatnya.

Lantai bawahnya lagi khusus untuk aneka lukisan dengan telinga yang besar. Itu sebagai simbol mendengarkan. Denny menggambarkan tokoh yang dalam hidupnya banyak mendengar, telinganya lebih besar.

Baca Juga: Denny JA, Fernando Botero, dan Lukisan Artificial Intelligence di Mahakam 24 Residence Jakarta

Di sana ada Mahatma Gandhi, Nelson Mandela. Ada Bunda Teresa, Dalai Lama. Juga hadir tokoh-tokoh lain yang mungkin tidak kita kenal, tetapi mereka mendedikasikan diri untuk mendengar.

Halaman:
1
2
3

Berita Terkait