DECEMBER 9, 2022
Internasional

Beijing: China Absen di Konferensi Internasional Swiss Bukan Berarti Tak Dukung Perdamaian Ukraina

image
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning dalam konferensi pers di Beijing, Senin, 3 Juni 2024. (ANTARA/Desca Lidya Natalia)

ORBITINDONESIA.COM - Kementerian Luar Negeri China menegaskan, ketidakhadiran mereka dalam konferensi internasional di Swiss untuk mengatasi konflik Ukraina bukan berarti menentang upaya perdamaian.

"Apakah seseorang mendukung perdamaian atau tidak, tidak boleh dinilai oleh negara tertentu atau berdasarkan pertemuan tertentu. Tidak hadir bukan berarti tidak mendukung perdamaian," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Mao Ning dalam konferensi pers di Beijing, Senin, 3 Juni 2024.

Pemerintah Swiss mengumumkan, negara tersebut akan menjadi tuan rumah konferensi internasional pada 15-16 Juni 2024 untuk memulai upaya damai di Ukraina. Namun pada 31 Mei, pemerintah China telah mengumumkan tidak akan menghadiri konferensi yang diadakan berdasarkan usulan Ukraina tersebut.

Baca Juga: Sekjen NATO Jens Stoltenberg: China Perkeruh Perang di Eropa dengan Dukung Rusia Menyerang Ukraina

"China dengan tulus berharap bahwa konferensi perdamaian tidak akan berubah menjadi wahana yang digunakan untuk menciptakan konfrontasi blok. Bagi negara-negara tertentu, meskipun mereka berpartisipasi, mereka belum tentu dengan sepenuh hati ingin konflik tersebut berhenti," ungkap Mao Ning tanpa menyebut negara mana yang ia maksud.

Mao Ning mengatakan, hal terpenting adalah tindakan apa yang diambil setelah konferensi internasional tersebut.

"Apa yang terjadi menunjukkan bahwa China berkomitmen paling kuat dan aktif dalam mendorong perundingan damai. China tidak pernah berdiam diri atau memicu konflik, apalagi mengambil keuntungan dari konflik tersebut dan termasuk untuk mencapai gencatan senjata. Hal ini dipuji oleh berbagai pihak, termasuk Rusia dan Ukraina," tambah Mao Ning.

Baca Juga: CNN: Tentara Ukraina Keluhkan Kemampuan Tank M1 Abrams AS di Medan Tempur Melawan Rusia

China, kata Mao Ning telah berulang kali menekankan bahwa konferensi perdamaian internasional harus memenuhi tiga elemen penting, yaitu pengakuan dari Rusia dan Ukraina, partisipasi yang setara dari semua pihak dan diskusi yang adil mengenai seluruh rencana perdamaian.

"Bagi China, konferensi di Swiss tampaknya belum memenuhi ketiga elemen tersebut dan itulah sebabnya China tidak dapat mengambil bagian dalam pertemuan tersebut," kata Mao Ning.

Posisi China, menurut Mao Ning tetap adil dan berimbang, tidak menargetkan pihak mana pun, termasuk terkait pertemuan Swiss.

Baca Juga: China Tidak Akan Hadiri Konferensi Perdamaian tentang Ukraina di Swiss Karena Proposalnya Tidak Dipenuhi

"Keputusan China untuk berpartisipasi murni berdasarkan penilaian kami mengenai pertemuan itu sendiri dan kami yakin pihak-pihak terkait dapat memahami posisi kami," ungkap Mao Ning.

Terkait dengan pernyataan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky di dalam Shangri-La Dialog di Singapura yang menyebut ia tidak dapat bertemu dengan delegasi China di konferensi tersebut dan kecewa karena Beijing tidak menghadiri pertemuan puncak tersebut, Mao Ning mengatakan, China masih menjaga komunikasi dengan Ukraina sejak krisis terjadi.

"China masih menjadi mitra dagang terbesar Ukraina. Kedutaan besar kami di Ukraina tetap berfungsi normal. China menghargai kemitraan strategis dengan Ukraina," jelas Mao Ning.

Baca Juga: Menlu Antonio Tajani: Italia Tak Izinkan Ukraina Gunakan Senjata Pasokannya untuk Serang Wilayah Rusia

Mao Ning pun menegaskan, diplomat China tidak berupaya untuk menekan diplomat dari negara manapun terkait perundingan tersebut.

"Posisi kami tidak menargetkan pihak mana pun dan tentu saja tidak pada pertemuan puncak yang diselenggarakan oleh Swiss tersebut. Hegemonisme dan politik kekuasaan bukanlah gaya diplomasi China, tidak ada istilah China yang menekan negara lain," tegas Mao Ning.

Mao Ning pun mengklaim, China tidak menyediakan senjata kepada pihak-pihak yang berkonflik dan secara ketat mengontrol ekspor barang-barang yang dapat digunakan untuk tujuan lain.

Baca Juga: Menhan AS Llyod Austin: Prioritas AS Tetap Kawasan Asia-Pasifik Meski Ada Perang di Gaza dan Ukraina

"Perdagangan kami dengan Rusia berjalan normal dan dilakukan secara terbuka. Hal ini konsisten dengan peraturan WTO dan prinsip pasar terbuka. Saya mencatat ada statistik yang menunjukkan bahwa lebih dari 60 persen impor komponen senjata dan barang penggunaan ganda Rusia berasal dari Amerika Serikat dan negara-negara Barat lainnya. Presiden Zelensky sendiri juga menyebutkan hal ini dalam sambutannya," ungkap Mao Ning.

Presiden Ukraina Zelensky menyebut sudah ada 106 negara dan organisasi internasional mengonfirmasi partisipasi mereka pada konferensi di Swiss mengenai Ukraina. Namun, ia masih menunggu konfirmasi kehadiran Presiden Amerika Serikat Joe Biden atau apakah Biden akan diwakili dalam KTT tersebut oleh pejabat lainnya.

AS mengizinkan Kiev menggunakan Sistem Roket Artileri Mobilitas Tinggi (HIMARS) yang dipasok AS untuk menembak melintasi perbatasan Rusia di wilayah Kharkiv.

Baca Juga: Presiden Zelenskyy: Ukraina Akui Palestina sebagai Negara Merdeka dan Akan Bantu Akhiri Konflik di Gaza

Selain itu Kongres AS pada  April 2024 menyetujui paket bantuan senilai 61 miliar dolar AS sehingga dapat menambah pasokan senjata Ukraina.

Hingga saat ini dua tahun telah berlalu setelah Rusia melancarkan operasi militer khusus ke Ukraina pada 24 Februari 2022. Sekitar 18 persen wilayah Ukraina masih berada di bawah pendudukan Rusia termasuk Semenanjung Krimea serta sebagian besar Donetsk dan Luhansk di bagian timur. ***
 

Sumber: Antara

Berita Terkait