Yang Tercecer di Era Kemerdekaan (15): Ibu dari Ciawi Mencari Anaknya Orang Belanda
- Penulis : Krista Riyanto
- Rabu, 29 Mei 2024 07:51 WIB
Bi Inah seperti terbang ke masa silam.
Tiga tentara Jepang mencekik
Elmo, anaknya, si sinyo Belanda.
Mereka yang mengaji kaget,
saling tengok.
“Ada apa dengan Bi Inah?”
Joko menenangkan mereka:
“Kita terus saja mengaji,”
Bi Inah adalah misteri.
Siapa Bi Inah?
Tak ada yang tahu.
Asal dari mana?
Tak ada yang tahu.
Mengapa ia sering ngomong soal Belanda?
Tak ada yang tahu.
Tetangga hanya dengar samar-samar.
Bi Inah dari Cimahi.
Tapi tak ada keluarganya,
yang pernah datang.
Sudah dua puluh tahun memang.
Bu Inah pindah ke Bogor.
Membeli rumah itu.
Buka warung di depan rumah.
Bi Inah tidak bergaul,
menutup diri.
Hanya kadang pergi ke pasar.
Juga samar terdengar,
Joko anak angkatnya.
Selesai mengaji,
tetangga bubar.
Joko khusyuk berzikir.
Dipegangnya tangan Bi Inah,
diajaknya bersama melafalkan nama Tuhan.
Surat Al Fatihah dibaca Joko, berulang-ulang bercampur nafas Bi Inah yang semakin jarang.
Joko melihat Bi Inah, seperti melihat luka menganga.
Gumpalan derita.
Rindu yang tak sampai.
Tak berdaya.