Yang Tercecer di Era Kemerdekaan (5): Luka Itu Dia Bawa Sampai Mati
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Selasa, 07 Mei 2024 10:10 WIB
Oleh Denny JA
ORBITINDONESIA.COM - Di era kependudukan Jepang, 1942-1945, ribuan perempuan muda Indonesia dipaksa menjadi penghibur tentara Jepang. Sebagian korban membawa luka itu sampai ajalnya.
-000-
“Terlalu banyak drama yang menyentuh.
Terlalu dalam luka yang dirahasiakan.”
Itulah sebabnya.
Shinta akhirnya mengubah tulisannya.
Bukan sebuah buku riset ilmiah yang dilahirkan.
Tapi sebuah novel,
novel sejarah. Historical Fiction.
Selesai sudah novel itu.
Di sela-sela kertas,
Shinta seolah melihat,
air mata mengalir dari cerita novel itu.
Juga suara longlong yang sangat pilu, dari seekor rusa yang luka.
Awalnya, Shinta membaca berita di tahun 2007,
dari handphonenya.
“Sakinah, gadis yang dipaksa
menghibur tentara Jepang, meninggal di usia 76 tahun.”
Shinta mendatangi rumah itu,
mewawancarai kenalan dekat, meneliti berbagai dokumen dan berita.
Di usia 13 tahun, di tahun 1943, Sakinah ditipu.
Ia dibujuk kerja di pabrik tentara Jepang.
Ternyata ia ditempatkan di rumah bordil, jauh di Kalimantan.
Ia dipukul, ditampar, diinjak.
Agar bersedia melayani.
Dalam sehari 10-15 tentara Jepang masuk ke kamarnya.
Dua penjaga selama 24 jam,
mengawasi rumah bordil itu.
Beberapa kali Sakinah ingin kabur.
Tapi ia tertangkap dan kembali disiksa.