Elza Peldi Taher: Denny JA, Penulis Lari Cepat 100 Meter
- Penulis : Satrio Arismunandar
- Jumat, 17 Mei 2024 06:28 WIB
Denny kemudian memilih duduk agak menjauh. Saya kemudian duduk tak jauh dari Denny. Semua rombongan juga memilih menjauh. Masih masing sibuk dengan penghayatan masing masing.
Denny duduk di kursi salah satu tenda sambil menghadap ke Gunung Kinabalu. Tangannya kemudian sibuk memainkan HP. Sesekali ia menengadah menatap gunung, sesekali ia tercenung. Suasana terasa sunyi..Suasana terasa hening. Yang terdengar hanya kicauan burung dan suara angin..
Kinabalu memang indah. Keindahan utama Gunung Kinabalu yang sering disebutkan adalah pemandangan matahari terbit yang spektakuler dari puncaknya, serta flora dan fauna yang unik dan beragam yang dapat ditemukan di sepanjang jalur pendakian.
Baca Juga: Menangkan Pilpres Lima Kali Beruntun, LSI Denny JA Peroleh Penghargaan dari MURI Jaya
Pemandangannya memang menakjubkan, dengan lanskap yang berubah dari hutan hujan tropis di kaki gunung hingga ke zona subalpin di dekat puncaknya.
Sekitar lima belas kemudian, tiba tiba suara Denny memecah kesunyian. “Tulisan saya sudah selesai, silahkan dibaca”.
Saya kemudian membaca tulisan Denny. Luar biasa. Hanya dalam waktu 15 menit ia telah menyelesaikan sebuah puisi esai yang indah, lengkap dengan catatan kaki. Saya heran bagaimana ia bisa mendapatkan catatan kaki tentang sejarah gunung tersebut, dalam waktu demikian singkat, dengan hanya mengandalkan sebuah HP.
Saya kutip sebagian tulisannya:
Berdiri di hadapan Gunung Kinabalu, aku berhadapan dengan sejarah.
Badanku masih di sini, terpana di lerengnya.
Tapi hatiku sudah sampai di puncak gunung itu.
Di puncak sana, aku hening sendiri.
Angin berhembus, membisikan masa silam yang datang dari zaman yang jauh.
Kukatakan pada gunung, datanglah padaku.
Ceritakan riwayatmu.
Hening. Tak ada isyarat.
Kuulangi lagi.
Wahai gunung, ceritakan masa lalumu.
Kabut pun datang mengantarkan kisah legenda gunung itu.
Kami kemudian menuju salah satu ruangan hotel untuk makan siang. Sambil makan saya kemudian bertanya kepada Denny bagaimana ia bisa menulis dengan cepat, dengan hanya mengandalkan sebuah HP.
Kata Denny, saya memang terbiasa menulis dengan HP, Elza. Sudah jarang memakai laptop. Menulis apapun cukup dengan HP, kata Denny sambil makan dengan lahap.