DECEMBER 9, 2022
Humaniora

In Memoriam: Kisah Yahudi yang Ingin Beterima Kasih, Keberagaman Agama dan Trisno Sutanto

image
(OrbitIndonesia/kiriman Denny JA)

-000-

Ingatan saya berikutnya tentang Trisno Susanto di tahun 2021, tujuh tahun kemudian.

Ia kembali bertandang ke kantor saya. Kali ini, ia membawa draft buku karangannya Politik Kebhinekaan.

“Sesuai pesan bro yang dulu,” ujar Trisno, ini draft buku kumpulan esai saya.” Saat itu Covid- 19 masih melanda Indonesia. Kami bicara berjarak. Masing-masing memakai masker.

Buku Trisno pun didiskusilan dalam webinar Forum Esoterika. Saya memberi catatan atas bukunya itu (Seri Diskusi Esoterika 14).

Topik utama buku Trisno Sutanto: Politik Kebhinekaan. Ini buku terbit tahun 2021. Tebalnya 401 halaman. Kumpulan 30 esai, rekaman perjalanan aktivis dan intelektual Bro Sutrisno selama 25 tahun.

Banyak esai menarik di buku Trisno itu. Tapi saya kupas satu saja, yang menjadi puncak pemikirannya tentang politik kebhinekaan. Judulnya diletakkan di Epilog: Masa Depan Politik Kebhinekaan.

Bro Trisno memaparkan tiga perkembangan penting yang Ia lihat sejak Reformasi. Yaitu: amandemen konstitusi yang banyak melindungi hak asasi. Tentu itu hal utama. Karena kebhinekaan mendapatkan basis konstitusinya.

Kedua: Sutrisno juga menyinggung Pilkada Jakarta 2017. Ini politik yang kemudian benar-benar membelah warga negara menjadi kita versus mereka: kadrun vs cebong, kampret.

Pembelahan ini berlanjut hingga Pilpres 2019, bahkan  dalam pro kontra kebijakan Jokowi soal non politik: Covid 19.

Halaman:
1
2
3
4
5
6
7
8

Berita Terkait