Denny JA: Satu Islam, Dua Jadwal Puasa, Dua Jadwal Idul Fitri: Perlunya Kalender Hijriah
- Penulis : Arseto
- Senin, 11 Maret 2024 08:10 WIB

Perasaan saya bercampur-campur setiap kali menyaksikan perayaan hari raya Idul Fitri di Indonesia dalam dua versi, dalam dua hari yang berbeda.
Satu sisi, ada rasa bangga melihat luasnya toleransi atas perbedaan melaksanakan hari raya. Sisi lain ada rasa prihatin.
Dunia Islam sudah berusia 1.500 tahun. Apa iya di era global dan manusia sudah menciptakan artificial intelligence seperti sekarang, tapi dunia Islam ini belum berhasil menciptakan sistem kalender global bersama agar bisa merayakan Idul Fitri di tanggal dan hari yang sama?
Baca Juga: Ikuti Analisis LSI Denny JA tentang Hasil Pilpres 2024 Hari Ini Pukul 15.00 WIB di Zoom Meeting
Terenyuh saya mendengar kabar satu keluarga di pamekasan, Jawa Timur. Akbar merayakan Idul Fitri hari ini karena ia warga Muhammadiyah. Tapi ia tak bisa sepenuhnya bergembira bersama keluarga dan anak dan orang tuanya.
Itu karena istri Akbar warga NU tulen. Ia tak merayakan Idul Fitri bersamanya. Istrinya ikut hari raya versi NU (dan pemerintah) di esok harinya.
Hari itu Akbar juga tak bisa bersilahturahmi lebaran ke ayah kandungnya, karena ayahnya juga warga NU.
Akbar dan istri dan ayahnya memang berlapang dada menerima perbedaan itu. Bukankah berbeda hari untuk lebaran sudah terjadi beberapa kali.
Tapi pasti pula menyelinap di lubuk hati. Kebahagiaan mereka akan lebih total jika bisa merayakan hari lebaran bersama satu keluarga: ayah, ibu, suami, istri, anak dan tetangga.
Yang mengalami situasi seperti Akbar ini banyak sekali di Indonesia.
Hal yang sama terjadi di dunia Islam di seluruh kawasan. Muslim di Arab Saudi dan Amerika Serikat merayakan Idul Fitri di hari Jumat 21 April 2023. Tapi Muslim di Malaysia dan Australia merayakan Idul Fitri di hari sabtu, tanggal 22 April 2023.