Resensi Sastra Puisi oleh Anto Narasoma: Menguak Kekejian Israel Secara Estetik
- Penulis : Satrio Arismunandar
- Rabu, 24 Januari 2024 08:47 WIB
![image](https://img.orbitindonesia.com/20240124083801Anto_Narasoma_cover.jpg)
Nilai estetik semacam ini sangat berkenaan dengan akal pikiran dan masalah yang berkembang di lapangan. Sebab untuk masuk ke dalam substansi persoalan harus diketahui dan diselidiki unsur-unsur yang membangun terciptanya puisi itu.
Setiap kata memiliki arti tersendiri. Harus kita akui banyak penyair yang menulis puisinya dengan nilai estetik yang tersamar. Tapi secara jujur diungkap bahwa tidak satu pun puisi yang tidak mengandung nilai arti.
Andaikan berhadapan dengan puisi yang cenderung tersamar, pembaca memang dituntut untuk lebih kreatif menangkap isi yang dikemukakan penyair tersebut.
Pada alinea enam puisi Percikan Air Mata Anakku berbunyi.. lalu/ kuttitipkan air mata pun membara/ agar setiap percikan menjadi saksi/ atas perlawanan/ dengan lemparan batu/ dan sisa-sisa senjata kehabisan peluru..
Tampaknya, sikap "kebencian" penyair terhadap persoalan kekejian Israel tidak ia lampiaskan dengan kata-kata bombastis, tapi cara halus, estetis, dan mampu membangun persepsi dari balik lapisan kalimatnya.
Jadi, inti sehimpun puisi di dalam antologi Puisi Cinta untuk Palestina lebih mengemukakan nilai-nilai keindahan yang dibangun dengan unsur seni dan rangkaian kata kreatif sesuai dengan hakikat dan metode puitik.
Baca Juga: PUISI tentang Presiden Jokowi: Saya di Sini dan Akan Tetap di Sini Sampai Tugas Selesai
Barangkali sebatas itu saja yang bisa saya ulas, sehingga kita bisa menguak persoalan mendasar antara sikap nyata dari pokok kekejian Israel terhadap orang-orang Palestina yang tak berdosa di tanah Gaza. Selama membaca. (*)
Palembang
14 Januari 2024
Anto Narasoma
Baca Juga: Puisi Syaefudin Simon: Wiji Thukul