Diskusi Satupena, Eko Sulistyo: Pemilu Global 2024 Bisa Pengaruhi Transisi Energi Fosil di Banyak Negara
- Penulis : Satrio Arismunandar
- Jumat, 12 Januari 2024 12:10 WIB
ORBITINDONESIA.COM – Pemilihan umum di banyak negara pada 2024 bisa menghasilkan konfigurasi politik, yang berpengaruh pada kebijakan lingkungan dan transisi energi fosil. Hal itu dinyatakan oleh Eko Sulistyo, pengamat energi dan Direktur Institute For Climate Policy & Global Politics.
Eko Sulistyo adalah pembicara dalam diskusi yang membahas transisi energi fosil. Diskusi itu berlangsung di Jakarta, Kamis malam, 4 Januari 2024.
Diskusi yang menghadirkan Eko Sulistyo itu diadakan oleh Perkumpulan Penulis Indonesia SATUPENA, yang diketuai Denny JA. Webinar itu dipandu oleh Elza Peldi Taher dan Swary Utami Dewi.
Dalam diskusi, Eko mengatakan, situasi dunia saat ini masih menghadapi berbagai ketidakpastian. Seperti, perang Ukraina-Rusia, pandemi Covid-19 yang masih ada di beberapa negara, dan lain-lain.
“Di tengah ketidakpastian itu, di banyak negara, masyarakat akan berbondong-bondong ke tempat pemungutan suara (TPS), sebagai bagian dari proses pemilu pada tahun ini,” ujar Eko.
Terkait target transisi energi fosil, Eko khawatir, bagaimana konfigurasi politik hasil pemilu global ini bisa melegalisasikan apa yang sudah menjadi capaian dari masing-masing negara. Karena capaian itu bisa saja dimentahkan lagi.
Eko memberi contoh pemilihan presiden, yang akan berlangsung di Amerika Serikat tahun ini. Donald Trump dari Partai Republik mau maju lagi di pemilihan presiden AS melawan Joe Biden, yang dari Partai Demokrat.
“Jika Trump menang dalam pilpres AS, bisa diyakini bahwa kebijakan-kebijakan lingkungan Biden akan diubah oleh Trump,” tutur Eko.
Eko juga menyorot faktor anggaran negara, yang akan dialokasikan bagi transisi energi fosil. “Kalau kita ingin meningkatkan transisi energi jadi tiga kali lipat, itu juga soal pembiayaan,” ujarnya.
Hal ini, ungkap Eko, terutama jika dilihat pada negara-negara berkembang. “Dengan tingkat suku bunga yang terus meningkat, utang mereka juga semakin naik,” jelasnya.
“Kemudian, bagaimana negara-negara berkembang mengalokasikan itu untuk transisi energi? Ini suatu persoalan yang dihadapi negara-negara global,” sambung Eko.
Hal ini tetap jadi problem, meskipun sudah ada testamen, traktat, atau perjanjian yang menyatakan komitmen global tentang transisi energi fosil.
Ditambahkan Eko, di tengah kondisi kelesuan ekonomi, lembaga-lembaga finansial global, seperti Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF) akan mengoreksi angka pertumbuhan.***