Resensi Sastra Puisi oleh Anto Narasoma: Menguak Kekejian Israel Secara Estetik
- Penulis : Satrio Arismunandar
- Rabu, 24 Januari 2024 08:47 WIB
Movemen pertama dapat dianalisis dari nilai efonis. Nilai ini bisa memasuki standar pada lapis-lapis bunyi di dalam setiap cipta sastra (puisi). Sebab melalui analisis ini, ternyata diperoleh kenyataan bahwa lapis bunyi dikembangkan dalam puisi, tidak menjadi pusat perhatian di dalam tulisan prosa.
Andaikan kita mencoba untuk memahami lapis arti secara stilistis, tentu saja muncul corak dengan gaya bahasa yang muncul dari berbagai ruang estetika. Maka secara stilistis, analisis semacam ini banyak memunculkan gaya bahasa yang indah (halaman 63 buku Perjalanan Sastra Indononesia : terbitan Gunung Jati Jakarta, September 1983).
Tampaknya, buku antologi ini tak hanya menyajikan nilai-nilai emosi ketidakadilan yang dialami warga Palestina secara tak manusiawi, tapi lebih mengutamakan nilai estetika sebagai bentuk kesantunan tradisi masyarakat kita.
Dalam kumpulan puisi ini, banyak penyair yang sudah memiliki porsi nama besar, seperti Isbedy Stiawan ZS, Bambang Widiatmoko, Ahmadun Yosi Herpanda, serta yang lainnya (maaf jika tak saya sebut namanya satu per satu di kesempatan ini).
Namun mereka juga larut dalam emosi personal di dalam menyikapi kekejian Israel. Inilah kekayaan estetika dalam menumpahkan corak puitika dalam sajaknya masing-masing.
Seperti penyair dari Johor Malaysia, Alkhair Aljohare, ia juga ikut menyisipkan puisinya bertajuk Ada Cinta Disebalik Katastrofi Palestina .
Baca Juga: PUISI tentang Presiden Jokowi: Saya di Sini dan Akan Tetap di Sini Sampai Tugas Selesai
Dari balik kalimat (larik) yang berisi lirik-lirik sederhana terkait cinta kasih kemanusiaan meski mereka (warga Palestina) babak-belur hidup dalam kehancuran kekejian kaum Yahudi...
Meskipun kehancuran dan kesulitan melanda meraka/ cinta masih ada di dalam hati orang-orang Palestina/ Cinta kepada keluarga, teman, dan tanah air mereka/ tetap kuat di tengah ketidakpastian (alinea pertama).
Alkhair Aljohore menyorot sekitar perasaan cinta kemanusiaan yang dimiliki warga Gaza. Justru dengan suasana ketidakpastian itu, mereka pasrah dan berserah diri kepada Allah SWT.
Baca Juga: Puisi Syaefudin Simon: Wiji Thukul
Nilai arti semacam ini terasa padat dalam pengungkapan komponen yang berkaitan dengan pendekatan kejiwaan (intrinsik) dan pendekatan ekstrinsik yang ada di luar dirinya.