DECEMBER 9, 2022
Humaniora

Diskusi Satupena, Zainal C. Airlangga: Malari 1974 Bukan Cuma Dipicu Faktor Dalam Negeri, Tetapi Juga Faktor Global

image
Zainal C. Airlangga (Foto: Youtube)

ORBITINDONESIA.COM – Gerakan koreksi pada peristiwa Malari 1974 bukan cuma dipicu faktor dalam negeri, tetapi juga faktor global. Hal itu dinyatakan oleh Zainal C. Airlangga, peneliti sejarah dan aktivis Indemo.

Zainal C. Airlangga adalah pembicara dalam diskusi yang membahas Malari 1974. Diskusi itu berlangsung di Jakarta, Kamis malam, 18 Januari 2024.

Diskusi yang menghadirkan Zainal C. Airlangga itu diadakan oleh Perkumpulan Penulis Indonesia SATUPENA, yang diketuai Denny JA. Webinar itu dipandu oleh Anick HT dan Swary Utami Dewi.

Dalam diskusi itu, Zainal mengatakan, ada kondisi global juga mempengaruhi suasana kebatinan para aktivis mahasiswa, yang terlibat dalam Malari 1974.

Faktor global itu, tutur Zainal, antara lain adalah perjuangan melawan sistem apartheid, yang sedang gencar-gencarnya di Afrika Selatan. Juga, demonstrasi-demonstrasi masyarakat sipil di Vietnam ketika Barat mencoba mengangkangi Vietnam.

“Di dalam negeri, letupan-letupan perlawanan terhadap Orde Baru sudah muncul. Ada penolakan  terhadap proyek Taman Mini Indonesia Indah (TMII), yang dianggap memboroskan uang rakyat,” ujar Zainal.

Para aktivis melakukan aksi-aksi, yang kemudian dihadapi dengan kekerasan dari aparat. “Ini justru membuat gerakan itu terkonsolidasi. Terjadi kristalisasi di organisasi-organisasi kemahasiswaan dan dewan-dewan mahasiswa,” lanjutnya.

Zainal mengungkapkan, sebelum peristiwa Malari, di penghujung 1973 ada acara Malam Keprihatinan di kampus Fakultas Kedokteran UI, Salemba.

Inti acara itu adalah mengajak seluruh komponen masyarakat untuk mengoreksi pemerintahan, yang dianggap sarat dengan korupsi, pembangunan yang tidak adil dan tidak merata ke bawah.

Zainal menjelaskan, saat ini ada berbagai versi tentang Malari 1974. Yaitu: versi pakar politik Harold Crouch, versi Soemitro, versi Ali Moertopo, dan versi Hariman Siregar, Ketua Dewan Mahasiswa UI waktu itu.

Menurut versi Hariman, gerakan mahasiswa pada Malari 1974 adalah inisiatif sesudah melihat situasi yang ada, serta gerakan koreksi atas ketimpangan pembangunan dan investasi.

Menurut Harold Crouch, Malari 1974 adalah buah dari perseteruan dua jenderal, Soemitro dan Ali Moertopo.

Menurut Soemitro, Malari adalah operasi khusus Aspri (asisten pribadi) Presiden Soeharto.

Sedangkan menurut Ali Moertopo, Malari 1974 adalah aktualisasi politik PSI dan Masyumi, dua partai yang telah dibubarkan Orde Baru. ***

 

Sumber: Satupena

Berita Terkait