Resensi Sastra Puisi oleh Anto Narasoma: Menguak Kekejian Israel Secara Estetik
- Penulis : Satrio Arismunandar
- Rabu, 24 Januari 2024 08:47 WIB
gaza berserak/ini kota tinggal kerangka/ puing gedung, masjid, dan gang begitu lengang/ setelahnya?/ mesin penghancur membombardir/ lebur juga rumah sakit dan madrasah/ binasa (alinea I).
Dari larik-larik kalimat yang diungkap penyair menjelaskan bahwa kondisi sosial di Gaza diibaratkan sebagai "kota hantu", yang tampak berserakan dengan serpihan batu-batu gedung yang berhamburan.
Selain itu, suasananya begitu lengang, ibarat kota hantu yang sangat memprihatinkan. Pada alinea ketiga, penyair Sahib mengutarakan suasana mistis yang sakral.
melayang, jiwa-jiwa berbingkai senyum melayang-layang/ debu-debu bercahaya membungkus puluhan ribu kusuma/ kafan-kafan sorban mengantar barisan pemenang/ langit berpagar bidadari merintikkan kesturi/ angin terdiam diredam lirih lantunan kalam/ tafakur embun kian mendalam/ sujud tawakal..
Meski dengan pola berbeda seperti diungkap penyair A Warits Rovi sebelumnya, namun keprihatinan Achmad Sahib itu memiliki sense atau nilai dengan tema yang sama.
Dalam kaitan dua penyair yang menulis dari daya ungkap berbeda, namun topik arti dari nilai rasa, memiliki intensi yang sama.
Baca Juga: PUISI tentang Presiden Jokowi: Saya di Sini dan Akan Tetap di Sini Sampai Tugas Selesai
Ruang penyajian estetika itu merupakan rumusan puisi menurut pandangan Warits dan Achmad Sahib secara etimologinya masing-masing.
Pola sajian semacam itu mampu merumuskan unsur-unsur yang memandang karya dari dua sudut pandang, yakni, sudut bentuk dan isi. Bagi penyair, nilai semacam ini akan mampu mengangkat lapis norma dalam kaidah keprihatinan mereka atas tragedi kemanusiaan yang melanda warga sipil tak berdosa di wilayah Gaza.
Artinya, setiap kata memiliki arti tersendiri. Jika kata-kata tunggal itu bergabung dalam konteksnya, maka timbulah prase. Prase-prase ini akan melahirkan pola kalimat.
Baca Juga: Puisi Syaefudin Simon: Wiji Thukul
Dari satuan sintaksis itulah timbul lapis ketiga sesuai obyek-obyek yang dikemukakan. Menurut Drs BP Situmorang, cipta sastra dapat diteliti melalui analisis tiga movemen.